R E U N I O N
————————"Januar?" Kini Bian dan Januar sudah sampai di Apartemen Bian, hanya saja keduanya masih berada di dalam mobil seolah enggan untuk beranjak.
Bian menatap Januar yang kini juga sedang memandangnya dengan kedua alis terangkat. Bian menunduk sejenak, membuang napas dan menatap Januar lagi.
"Jujur, sampai saat ini gue bingung harus menganggap lo apa. Gue masih takut buat memulai hubungan yang baru, tapi kalau gue anggep lo cuma temen, itu bahkan lebih aneh. 'Cause friends don't make love like us, right?"
"Bian, just let it flow. Gue nggak peduli apapun hubungan kita, terserah lo mau anggap gue apa. As long as you're by my side, I'm good with that."
Perkataan Januar justru membuat Bian makin merasa bersalah. Dia tidak bermaksud menahan Januar seperti ini, Januar juga layak bahagia dan memiliki hubungan yang pasti. Tapi, di sisi lain Bian tidak bisa memberikan itu semua. Dia belum berani. Dia takut akan terluka lagi. Bian benar-benar tidak siap jika harus menelan pil pahit untuk kesekian kalinya. Saat ini, ia bahkan masih berusaha menata hatinya yang sudah diporakporandakan oleh Pram.
Januar memegang bahu Bian, ia menatap Bian yang terlihat penuh keraguan dengan sorot dalam. Januar mengerti, saat ini Bian pasti sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Tentu sulit untuknya mengambil keputusan di saat dirinya masih berjuang mengumpulkan kepercayaan akan cinta usai pengkhianatan yang dialaminya.
"Kita jalanin aja, oke?" Januar meyakinkan. "Selama itu, gue akan selalu ada di sisi lo. Kapan pun lo butuh gue."
Bian menghela napas panjang, ia berusaha tersenyum seraya mengangguk.
"Sejujurnya gue denger semua perkataan lo waktu di rumah Celine. I was there, tapi gue mutusin buat pergi karena nggak mau merusak suasana."
Bian mengulum senyummya. Mengingat perkataannya saat itu yang sangat terang-terangan, Januar pasti sakit hati.
"Gue ngerti, apa yang udah lo lalui itu pasti sangat sulit, dan untuk percaya lagi kepada seseorang pastinya bukan hal yang mudah. Oleh karena itu, gue memutuskan untuk menunggu sampai lo siap membuka hati lagi."
Ucapan Januar berhasil membuat Bian tak bisa berkata-kata selain menatapnya dengan penuh rasa takjub.
"Lo tau nggak, apa permintaan gue saat tiap lilin tadi?" Januar mengalihkan pandangan ke depan.
"Apa?"
Ia melirik Bian melalui ekor matanya. "Meminta supaya lo jatuh cinta setengah mati sama gue."
Sontak Bian tergelak. Ia yakin Januar pasti tidak serius.
Melihat Bian yang tertawa, Januar pun tak kuasa menahan senyumnya.
"Alright, I have to leave." Bian melepas sabuk pengaman, ia kembali menatap Januar cukup lama sampai akhirnya Bian menjatuhkan ciumannya pada pipi Januar.
"Once again, happy birthday," lirih Bian kemudian segera keluar meninggalkan Januar yang masih membeku di tempatnya dengan senyum tak menyangka.
Ini adalah ulang tahun terindah untuk Januar.
***
Sudah satu minggu sejak ulang tahun Januar, Bian belum bertemu dengan lelaki itu lagi. Januar terakhir menghubungi Bian bahwa dia sedang begitu sibuk dengan pekerjaannya. Hal itu membuat Bian enggan mengganggunya. Meski di sisi lain ada perasaan rindu yang terselip di hati Bian, tapi dia tak berani mengatakannya. Beberapa kali Bian ingin mengajak Januar bertemu, namun Bian mengurungkan niatnya. Ia lebih memilih untuk menunggu sampai Januar yang lebih dulu menghubunginya atau mengajaknya bertemu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reunion
Romance18+ Ditengah krisis kepercayaan akan cinta dan trauma yang Bian alami, Januar-seseorang dari masa lalu Bian-hadir menawarkan kisah cinta indah nan romantis. *** Pertemuan Fabiane Alexandra dan Januar Liem di acara reuni SMP membuat keduanya terlibat...