R E U N I O N
————————"Lo yakin mau nolak bentukan cowok begitu?" Celine berbisik membuat Bian langsung menatapnya. "He's so damn fine, gorgeous, old money kid, has a good manner and smart. Kurang apa lagi coba?" Lanjut Celine.
"Sok tahu," balas Bian membuat Celine memutar bola matanya hingga mereka tak sadar bahwa kini Januar sudah berdiri di samping Bian.
"Seperti biasa?" Tanya Rendy yang sudah hafal sehingga Januar hanya mengangguk. "Tapi Cabernet Sauvignon kita lagi kosong, what about Pinot Noir?"
"Okay, Pinot Noir, then." Januar lalu duduk di sebelah Bian. Pandangan Januar kemudian beralih pada Fabiane yang masih belum menatapnya, wanita itu lalu menoleh membuat Januar melengkungkan senyum tipisnya yang manis. Ia beralih pada wanita yang ada di sebelah Bian yang kini sedang menatapnya juga.
"Hai Januar, masih inget sama gue?"
Sudut mata Januar mengerut.
"Gue Celine, dulu pas kelas 3 SMP 'kan kita pernah satu kelas. Gue anak yang paling ribut itu."
"Oh iya, Celine ... inget, inget." Januar mengangguk-anggukan kepala. "It's been a long time, kemarin waktu reuni kok gue nggak ngeliat lo, ya?"
"Gue masih di Aussie, baru aja tadi pagi sampe sini. Lo sendiri, bukannya setelah lulus lo pindah ke Amrik?"
Januar mengangguk. "Yap. Setahun lalu gue balik ke sini."
"Ohh ... udah lama dong ya?"
"Lumayan."
Bian yang berada di antara mereka hanya diam menyimak selagi pandangannya sibuk menatap ke depan tetapi bibirnya terus menyedot milkshakenya yang tersisa sedikit.
"Lo sering ke sini?" Celine melanjutkan percakapannya.
Januar mengambil gelas wine-nya yang sudah terisi, ia mengangguk. "Iya, jarang soalnya nemu tempat cozy kayak gini."
"Wah ... sama dong, Bian juga sering ke sini. Iya 'kan?" Celine menyenggol siku Bian.
Bian melirik Celine dengan tajam ketika wanita itu sengaja berusaha menggodanya.
"I know," ujar Januar lalu menatap Bian.
"Loh, berarti kalian sering ketemu dong?"
"Not really, Bian dateng setiap hari Jumat sedangkan gue hari Rabu."
Bibir Celine membentuk huruf O sambil mengangguk-angguk dan melirik Bian penuh makna seolah ia sudah puas menggoda sahabatnya itu. Bian hanya bisa menghela napasnya hingga tak terasa milkshake-nya sudah habis, ia lalu meletakkan gelasnya di atas meja bar.
"Kalo gitu gue pulang duluan ya, rumah gue masih berantakan soalnya."
Mata Fabiane kembali melebar, ia menatap Celine sambil menggeleng samar seolah memohon untuk tidak pergi meninggalkannya.
Melihat ekspresi Bian, Celine hanya tersenyum. "See you tomorrow, besok pulang kerja gue jemput. Kita makan-makan di apartemen lo, oke?"
"Celine please, it's not funny," gerutu Fabiane dengan pelan.
Celine tidak mempedulikan Bian yang menggerutu, ia beralih menatap Januar dan Rendy yang tengah sibuk melayani pelanggan lain.
"Gue duluan ya, Jan. Ren pulang dulu."
Januar hanya mengangguk sementara Rendy mengacungkan jempolnya.
Bian hanya mampu mendengus pasrah sambil menyisir poninya yang panjang ke belakang, ia menyangga kepalanya yang mendadak pusing. Rasanya tiba-tiba Bian menyesal sudah menceritakan Januar kepada Celine, jika saja Bian ingat ini adalah hari Rabu ia pasti akan menceritakan hal itu kepada Celine di hari lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reunion
Romance18+ Ditengah krisis kepercayaan akan cinta dan trauma yang Bian alami, Januar-seseorang dari masa lalu Bian-hadir menawarkan kisah cinta indah nan romantis. *** Pertemuan Fabiane Alexandra dan Januar Liem di acara reuni SMP membuat keduanya terlibat...