R E U N I O N
————————Grand Lounge itu bagi Bian sudah seperti tempat favoritnya ketika dia tidak tahu harus melakukan apa dan tak memiliki tujuan. Selain karena ada Rendy di sana, Bian sudah begitu nyaman dengan suasananya. Alunan musik Jazz yang lembut, meski banyak orang namun mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, dan juga Bian merasa aman di tempat ini meski dia hanya seorang diri.
Senyum Bian merekah saat melihat Celine datang, wanita itu melangkah seraya mengusap-usap rambutnya. Ia seperti habis kehujanan.
"Di luar hujan?" Tanya Bian begitu Celine duduk di sebelahnya.
"Iya. Ujan deres, tadi gue lari dari parkiran kirain nggak akan sebasah ini."
Rendy datang memberikan kotak tisu kepada Celine. "Udah mulai masuk musim hujan ya?"
"Kayaknya sih iya. Aduh, bakal tambah macet nih pasti," keluh Celine membuat Bian terkekeh. Banjir dan macet, itu bukan isu yang asing lagi di kota besar ini.
Waktu terus berjalan tanpa terasa mereka sudah mengobrol untuk waktu yang lama. Celine memutuskan untuk pulang lebih dulu, sementara Bian masih duduk sambil memeriksa ponselnya. Tiba-tiba ia merasakan sentuhan lembut di bahunya, Bian menoleh dan melihat Januar berdiri di sampingnya. Senyum Bian merekah, ia lantas memeluk singkat lelaki itu sementara Januar mengecup pucuk kepalanya.
"Go home?"
Bian mengangguk-angguk seraya tersenyum. Sebelum ia pergi tak lupa berpamitan dengan Rendy yang tengah sibuk meracik minuman. Rendy hanya meresponnya dengan senyum dan anggukan kepala. Bian dan Januar pun bergandengan keluar dari lounge.
"Loh, Aku kira udah reda." Bian menjulurkan telapak tangannya seraya menengadahkan pandangan ke langit hitam. Sementara Januar melepas jaketnya untuk melindungi Bian dari rintikan air hujan. Perhatian Bian beralih pada Januar yang memayungi dirinya, ia tersenyum lembut. Keduanya pun lalu berlari menuju mobil Januar.
***
Sesampainya di Apartemen, Bian lantas mengambil handuk dan memberikannya kepada Januar. Namun, bukannya malah mengusap rambutnya yang basah, Januar justru menggunakan handuk tersebut untuk mengusap rambut Bian, padahal Bian juga memegang handuknya sendiri. Keduanya pun akhirnya saling mengusap rambut satu sama lain seraya tertawa kecil.
"Mau hot chocolate, nggak?"
"Boleh ...." Januar mengangguk dengan senyum manisnya. Ia pun mengikuti Bian menuju dapur sambil memeluknya dari belakang. Januar seperti perangko yang menempel lekat pada Bian, tak ingin melepaskan perempuan itu walau hanya sedetik.
Akhirnya, usai mengeringkan tubuh mereka, keduanya pun berdiri di samping jendela seraya menikmati cokleat panas dan rintikan hujan yang bercampur angin. Tidak banyak kata yang mereka katakan, namun suasana terasa sangat romantis hanya dengan Januar yang memandangi Bian, sementara Bian menatap ke luar jendela. Mereka menikmati momen kesunyian ini dengan pikirannya masing-masing.
"Kamu pasti belum pernah ya, main hujan-hujanan di luar?" Bian bertanya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kok kamu tau?"
Bian lantas menoleh untuk menatap Januar dengan matanya yang melebar, padahal ia hanya asal menebak saja, tapi ternyata itu benar. "Serius?"
Januar mengangguk, ia menyelipkan anak rambut Bian ke belakang telinganya. "Orang tua aku paling protektif soal kesehatan anak-anaknya. Dari kecil, aku, Jethro, dan Kak Sinclair nggak pernah dibolehin buat hujan-hujanan. Bahkan kami selalu dikasih makanan yang sehat, kami juga punya ahli gizi sendiri." Pandangan Januar menerawang sambil memutar kenangan masa lalunya. Ia tiba-tiba terkekeh. "Pernah suatu ketika, Jethro pengen banget main hujan-hujanan, tapi karena dilarang, akhirnya dia ngajak aku dan Kak Sinclair hujan-hujanan di bawah shower."

KAMU SEDANG MEMBACA
Reunion
Romansa18+ Ditengah krisis kepercayaan akan cinta dan trauma yang Bian alami, Januar-seseorang dari masa lalu Bian-hadir menawarkan kisah cinta indah nan romantis. *** Pertemuan Fabiane Alexandra dan Januar Liem di acara reuni SMP membuat keduanya terlibat...