Part 13: Scepticism

1.8K 231 23
                                        

R E U N I O N
————————

Dalam tidurnya Bian dapat merasakan sentuhan-sentuhan lembut di kulitnya, sentuhan itu menciptakan gelenyar aneh di tubuhnya sehingga membuat Bian berusaha untuk membuka matanya. Saat ia sudah berhasil bangun dari tidurnya pandangan Bian terpaku pada tirai hitam yang menutupi jendela besar, kamar ini terasa tak asing baginya hingga sedetik kemudian ingatan Bian terlempar pada kejadian semalam.

Masih sangat jelas terekam di benak Bian ketika dirinya dan Januar bercumbu di dalam kamar ini, Bian duduk di pangkuan Januar, lelaki itu mengelus punggungnya begitu lembut. Mencium keningnya, turun ke matanya, pipinya, lalu kembali ke bibirnya, dan semakin turun ke lehernya. Lelaki itu tidak melewatkan sedikitpun bagian tubuh Bian, ia seolah sedang mempelajari semuanya sehingga membuat Bian semakin frutasi dan tidak bisa lagi menampung kenikmatan yang diberikan Januar kepadanya.

Mengingat bagaimana tubuh telanjang Januar yang menindihnya semalam membuat pipi Bian menghangat, tubuhnya benar-benar seperti patung dewa dengan pahatan yang sempurna terlebih sorot matanya yang begitu dalam mampu menghipnotis Bian dan membawanya dalam kabut gairah yang begitu hebat.

Bian tidak bisa menahan dengusan gelinya ketika Januar tak kunjung berhenti menciumi bahu telanjangnya.

"J, stop it." Bian berusaha mengelak namun ia menyukainya.

"J? I like that name," bisik Januar tepat di telinga Bian yang masih berbaring dengan posisi membelakanginya.

Bian kembali mendengus geli, ia merasakan lengan kekar Januar melingkar semakin erat di perutnya. Bian memutar tubuhnya menghadap Januar, ia menatap mata lelaki itu yang sedang memandangnya begitu lembut. Tangan Bian bergerak mengelus pipi Januar, memandanginya lekat. Baru Bian sadari bahwa Januar memiliki tahi lalat kecil di bawah mata kanannya. Sentuhan Bian turun sampai rahang Januar dan itu membuat Januar tersenyum lalu kembali menciumi leher Bian hingga membuat mata Bian terpejam menikmat sentuhannya.

"J, what are you doing?" desah Bian ketika ciuman Januar turun ke dadanya.

"I'm just doing my thing."

Tangan Bian bergerak mengelus rambut Januar. "Let's ... have breakfast ...."

"You're my breakfast."

***

Bian tidak mengira bahwa kantor Januar berada di gedung yang sama dengan Penthouses-nya. Selain hotel, restoran, bar, pusat perbelanjaan, dan tempat hiburan lainnya, ternyata terdapat kawasan perkantoran juga di gedung yang terdiri dari 65 lantai ini. Sebelum mengantarnya pulang, Januar membawa Bian ke kantornya terlebih dahulu karena ada yang harus dia ambil.

Ketika baru melewati pintu masuk otomatis Januar dan Bian langsung disambut oleh bunyi confetti serta para karyawan yang sudah berbaris menyambutnya saat pagi-pagi seperti ini.

"Selamat ulang tahun Pak Januar!!" mereka mengucapkan dengan serentak dan meriah sehingga membuat Januar tak bisa menahan senyumnya. Begitu juga Bian yang berdiri di sebelah Januar meskipun di sisi lain ia masih terkejut dengan kejutan ini karena Bian baru tahu jika hari ini adalah ulang tahun Januar.

Seorang lelaki dengan setelan rapih yang membawa kue melangkah maju menghampiri Januar sementara yang lainnya menyanyikan lagu ulang tahun. Januar langsung meniupnya lalu menepuk bahu lelaki tersebut.

"Thanks, Nath."

***

"Itu pasti ide lo ya?" tanya Januar ketika mereka sudah sampai di ruangannya, sementara itu Bian duduk di sofa panjang yang ada di sana selagi Januar mencari sesuatu di mejanya dan pria bernama Nathaniel yang ternyata sepupunya itu berdiri di samping Januar.

ReunionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang