Selalu waspada

54 27 35
                                    

Menjalani hidup sama hal nya seperti memasak sesuatu diatas api. Kamu harus fokus dan konsisten sampai makanan itu matang dengan sempurna, sebab jika lengah sedikit saja makanannya bisa hangus dan dalam scenario terburuk yang pernah ada, kamu pun bisa menghilang karenanya. Terlalap api karena rasa lengah itu.

***

Bagian XVII - Play.

Empat bulan sudah berlalu sejak dia bertemu dengan Alio di supermarket tempo hari dan Elmar tidak menyangka kalau hubungan mereka akan berkembang sejauh ini.

Pertemanan.

Hal yang cukup sulit untuk didapat namun Elmar berhasil menjadi teman Alio. Jadi.. tinggal selangkah lagi. Harusnya. Tapi Elmar sudah gagal duluan.

Di jam istirahat kedua, Elmar berjalan melewati koridor seorang diri. Dengan telinga yang tertutup earphone, kakinya melangkah menuju atap sekolah. Ada sesuatu yang harus dia berikan kepada teman-teman palsunya.

Pintu besi yang berkarat berdecit nyaring saat Elmar membukanya dan teman-teman nya sudah berdiri disana, terlihat benar-benar menunggu kedatangan gadis itu.

"Hai." sapaan klise. Tiara tersenyum lebar pada Elmar, dibalas dengan senyum tipis sampai mata Elmar meneliti kawanan nya satu persatu. Tangannya melepas earphone ditelinga lalu maju satu langkah mendekati mereka.

Tiara dan ketiga temannya yang lain seolah sedang menagih hutang kepada Elmar. Mereka seolah berbicara bahwa Elmar harus segera melunasinya jika tidak ingin mati di atap sekolah detik ini juga.

"Sesuai janji lo bitch, mana?" Tiara mengulurkan tangannya, sedang Elmar langsung mendecih dan meraih sesuatu dari dalam rok seragam. Sebuah kunci. Kunci mobil lebih tepatnya.

Tiara tertawa sumringah diikuti anteknya yang lain. Mereka menang. Sesuai prediksi sejak awal, Elmar memang tidak akan pernah menang jika menyangkut tentang Alio. Pesona pemuda satu itu tidak mungkin bisa ditolak.

"Harusnya dari awal lo tau El kalo Al bukan tandingan lo. Dia itu sempurna dan lo yang bukan siapa-siapa malah bikin taruhan dengan alasan mau balas dendam sama dia. Sekarang lo kemakan omongan sendirikan? Lo yang jatuh ke Alio. Gimanapun juga gue tetep mau ngucapin selamat. Yah, selamat buat kekalahan lo dan thanks buat mobilnya."

Keempatnya berlalu darisana, membiarkan Elmar yang sudah membatu dengan tangan yang terkepal marah. Dia.. sedih.

Ya, Elmar memang kalah telak. Dulu dia pikir, Alio yang akan jatuh padanya, tapi semesta sedang menyadarkan Elmar bahwa sekarang justru dialah yang jatuh kedalam perangkap nya sendiri. Namun yang membuatnya sedih saat ini bukanlah tentang kekalahan itu, tapi lebih pada sikap bodoh nya yang mengiyakan ajakan Tiara tiga bulan lalu. Bertaruh atas perasaan Alio.

Dan di titik paling menyedihkan yang tak pernah dia sangka, Alio ada disitu. Mendengar semua yang mereka katakan dari awal hingga akhir.

Dan detik itu juga, Alio hancur.

***

Kaki Elmar berlari menyusul langkah lebar Alio menuju parkiran. Sejak dikelas tadi sikap pemuda itu aneh namun Elmar tidak ingin berpikir negatif tentang itu. Dia tiba disisi Alio, tersenyum lebar sambil berusaha merangkul bahu Alio yang lebih tinggi darinya.

Alio tidak menepisnya tapi tidak juga bereaksi dengan sikapnya. Sepanjang menuju rumah, Alio hanya diam, sampai mereka masuk kedalam rumah dan Alio yang langsung menuju kamarnya.

Elmar semakin bingung, terlebih saat Alio keluar dengan barang-barang miliknya. Kini dia berdiri didepan Elmar, menatapnya dengan mata yang sama seperti dua tahun yang lalu. Dingin dan tajam. Elmar tertegun untuk beberapa detik dan sedikit merasa.. sakit.

AL IS EL (Renjun)(END)Where stories live. Discover now