Hm, aku ingin beri satu pertanyaan dengan sebuah gambaran kecil.
Pilihan mana yang bakal kamu ambil saat seseorang menawarkan kedua hal ini.
Orangtua dan harta.
Ga ingin munafik, jujur aku benci hidup dalam tekanan ekonomi. Setiap hari berpikir keras tentang cara bertahan hidup dari kerasnya dunia diabad ke 21 ini. Namun meskipun begitu, tidak memiliki orangtua juga merupakan hal yang sulit.
Caraku bertahan sejauh ini hanya dengan menanamkan sebuah pikiran bahwa, hidup ini memang sebuah pilihan.
Pilih satu saja. Karena dunia ga pernah memberi tempat untuk mereka yang serakah.
***
Bagian IV - Diantara keduanya.
Kondisi cafe sudah sepi. Pukul 12 lewat beberapa menit, duduk empat orang pemuda dengan ponsel masing-masing ditangan.
Heru dan Alio berseru heboh, "Anjing." sementara Raja dan Nera justru bertos ria dengan pongahnya.
"Dua bulan coy." seru Nera lagi, membuat baik Alio maupun Heru mendengus tak senang.
"Tapi inget, cuma di kantin bude." peringat Alio hingga kedua teman dihadapannya mengangguk bersamaan.
Selesai bermain game dan deal dengan hukuman yang mereka tentukan sebelumnya, kini empat pemuda itu saling bersandar pada bangku, meletakkan ponsel mereka dan mulai menceritakan keseharian yang beberapa bulan terakhir tidak tersampaikan.
Tak heran, akhir-akhir ini keempat nya jarang berkumpul mengingat Heru yang sibuk dengan band nya, Alio dengan beribu soal olimpiade serta Raja yang fokus dengan klub futsal yang sudah digelutinya sejak duduk dibangku SMP. Nera sendiri tergolong kedalam murid yang tidak ingin unggul dalam bidang apapun, dia hanya menjalani hari-harinya seperti biasa. Datang kesekolah, belajar lalu pulang.
Mengingat itu, kini mereka sudah memfokuskan pandangan pada Alio. Pada teman yang biasanya terlihat datar namun tampak gusar belakangan ini.
Heru sudah menutup pintu cafe miliknya. Sudah membalik papan putih dengan tulisan open menjadi close sebelum kembali ketempat duduknya sambil membawa empat gelas kopi.
Alio yang sadar ditatap oleh ketiga temannya hanya mengedik singkat, sebelum Nera akhirnya bersuara.
"Lo udah baikan sama Elmar?"
Alio terkekeh. "Kita ga pernah berantem. Lagian gue ga peduli." Sebelah alis Raja terangkat. Cowok dengan badan paling kekar diantara mereka berempat tersenyum miring, menertawakan kebohongan payah yang baru saja Alio ucapkan.
"Giwi gi pidili." ejeknya dengan mata menyipit. Alio hanya mendecih namun Heru dan Nera juga ikut menertawakan nya.
Hari semakin larut dan obrolan semakin dalam. Meskipun masih enggan bercerita, ketiganya juga tau bahwa Alio sedang gelisah karena Elmar. Karena gadis yang akhir-akhir ini sering masuk kedalam pikiran Alio tanpa dia sendiri sadari.
YOU ARE READING
AL IS EL (Renjun)(END)
Fiksi PenggemarDalam semalam Alio sadar bahwa kehidupan Elmar, yang selama ini dielukan oleh semua orang, ternyata tidak lebih dari sebuah neraka. *** "Lo salah masuk toilet El, lo ga lihat ini toilet cowok?" start, 1 juli 2021. end, 14 agustus 2021.