Berpatokan itu sama masa depan bukan masa lalu. Kalau selalu melihat kebelakang, kapan majunya?
***
Bagian XII - Sedikit perubahan.
Semua orang memiliki kenangan masing-masing, masa lalu masing-masing dan masa depannya masing-masing. Pun dengan Alio.
Masa lalunya cukup kelam dan karena hal itu pula, dia tidak ingin membangun masa depannya saat ini, dengan siapapun.
Alio yang terkenal dingin oleh satu angkatan juga merupakan pribadi yang tertutup. Berbeda dengan Heru, Nera dan Raja. Dibalik wajah dingin dan senyum seadanya, ada banyak hal yang berusaha dia tutup rapat-rapat.
Namun semua itu berubah ketika dia mengenal Elmar. Tidak ada lagi yang namanya rahasia sebab Elmar, tau cara bersimpati tanpa perlu bertanya.
Dan sikap seperti itu adalah kelemahan Alio. Dia selalu bersikap tegar namun gagal saat Elmar ada bersamanya.
Seperti saat ini. Ketika sosok yang hampir dilupakannya kembali dalam wujud nyata, bukan hanya sebatas mimpi yang menghantuinya dua tahun belakangan. Sosok itu tersenyum, sama manisnya ketika Alio bertemu dengannya pertama kali. Pemuda itu hampir saja luluh dan berlari memeluk sosok berkulit putih didepannya. Namun tubuhnya berhasil tertahan saat dengan eratnya Elmar menggenggam, mencoba menyadarkan Alio bahwa itu adalah masa lalu yang tak perlu untuk dipeluk.
Pandangan itu menoleh, bersitatap dengan mata teduh Elmar. Tepat didepan halte sekolah, ketiganya berdiri dibawah teriknya matahari. Saling bertatapan hingga akhirnya Alio mengarahkan pandangan pada sosok masa lalu itu. Mengulas senyum tipis bersahabat lalu berkata, "Hai, Shena."
***
Pukul dua siang hari, ditempat bakso favorit Elmar, Alio membawa Shena. Menawarkan obrolan singkat sebab ingin tau apa tujuan nya mendatangi Alio kesekolah. Shena tersenyum paksa, sambil tangannya mengaduk bakso ditempat kumuh itu.
"Aku cuma pengen liat kamu."
Alio tertawa, cukup sarkas. Tangannya berhenti menyendok bakso kedalam mulut. Duduk bersandar sambil menatap Shena yang terus memainkan makanan didepannya.
"Kalo gasuka gausah dipaksain. Gue ga pernah nyuruh lo buat makan atau mesen apapun yang ga lo suka." Mata mereka bertemu. "Sejak dulu begitu." sambung pemuda berkacamata itu lagi.
Shena akhirnya ikutan berhenti, bertopang dagu menatap wajah Alio yang semakin menawan. Jujur, finansial memang merubah segalanya. Dulu sekali penampilan Alio tidak semewah ini. Alio yang dulu hanyalah cowok dekil dengan otak pintar diatas rata-rata dan itu alasan kenapa Shena menerimanya dulu.
"Kamu masih cinta kan Al, sama aku?"
Alio tertawa sumbang. "Atas dasar apa lo nyimpulin nya kaya gitu?! Sakit jiwa."
Shena tersenyum miring. Tangannya melempar sesuatu yang sangat Alio kenali. Melihat itu kontan saja dia melotot dengan pandangan tak suka. "Maksud lo apaan anjing?!"
Alio segera mengambil kalung yang berada didalam mangkuk baksonya. Itu kalung yang selalu bertengger dileher Elmar, kalung yang sama. Dan melihat kepanikan pemuda didepannya, Shena justru terkekeh, bangkit berdiri dengan sikap pongahnya, sama seperti dua tahun lalu saat dia menyeret Alio yang sudah pasrah.
"Semudah kalung itu, semudah itu juga aku bisa ngambil nyawanya kalo kamu ga nurutin kemauan aku Al." dia mengedipkan sebelah matanya lalu berlalu darisana. Pergi dengan tatapan sinis yang dia layangkan pada mamang penjual.
Sekarang Alio menyesal memberikan senyum tulus tadi. Dia bodoh karena mengira Shena sudah berubah. Nyatanya tidak semudah itu.
***
YOU ARE READING
AL IS EL (Renjun)(END)
أدب الهواةDalam semalam Alio sadar bahwa kehidupan Elmar, yang selama ini dielukan oleh semua orang, ternyata tidak lebih dari sebuah neraka. *** "Lo salah masuk toilet El, lo ga lihat ini toilet cowok?" start, 1 juli 2021. end, 14 agustus 2021.