Pentingnya kesadaran

43 23 23
                                    

Aku pernah baca sebuah cerita, dan didalam kisah itu sang pemeran utama memutuskan pergi dari dunia yang dia anggap gelap gulita. Begitu penilaian nya. Padahal dia memiliki banyak sosok yang selalu berdiri bersamanya. Ada teman-teman, sang bunda bahkan seorang kakak laki-laki. Dan untuk pertama kalinya, aku ga merasa sedih setelah membaca sebuah kisah dengan akhir yang ga bahagia.

Mengapa?

Sebab dalam cerita itu, dia yang mengurung dirinya sendiri dalam kegelapan. Dia memendam semuanya sendiri disaat ada banyak orang yang ingin ditumpui. Dia jelas terpuruk namun tetap tak ingin terlihat buruk. Dia jalani hidupnya dengan pura-pura kuat, selalu melempar debat kepada sang kakak disaat harusnya dia meminta sebuah dekap yang erat.

Di titik ini, jelas dia yang salah. Dia menjadikan orang-orang disekitar nya sebagai sang antagonis saat dia sendiri lah yang memutuskan untuk berdiam diri sambil mengukir senyum manis.

Pada dasarnya, kepura-puraan hanya akan selalu mengantarkan kamu kedalam jurang yang menyesatkan.

Namun aku mengerti perasaan nya, sebab aku pun begitu. Memutuskan pergi padahal ada banyak sosok yang akan menangisi.

Jangan jadi seperti sang pemeran utama dan aku. Lihat sekeliling mu dan sadarlah, kamu ga sendirian.

***

Bagian XXVII - Sang gadis kecil Elisa.

Alio terbangun lagi.

Pukul 3 pagi. Dia menoleh ke sekeliling ruangan dan menghela nafas lega saat dia berada dikamar yang tepat.

Alio mendudukkan diri, bersandar pada tempat tidur dengan kepala yang mengulang sekelebat memori.

Mimpi yang sama.

"Nama aku Elisa. Kamu tau kan aku siapa?"

"Kakak perempuan Elmar." Dia mengangguk. Kini menuntun Alio ke sebuah ruangan gelap yang pekat dan penuh debu. Dan jelas, ini adalah sebuah gudang.

Lagi, dia menunjuk sebuah foto yang tampak buram dimata Alio.

"Aku mau ketemu mereka." lalu tangannya menunjuk sudut ruangan yang tidak menampilkan apapun. Tidak ada hal aneh disana. Hanya kosong dan penuh sarang laba-laba.

"Bilang ya, aku sayang mereka."

"Dan mereka harus sayang sama Elmar juga." Alih-alih menjawab, mata Alio lebih fokus pada tubuh Elisa. Dirinya tanpa sadar menangis. Sebab melihat kulit pucat yang dipenuhi luka hitam pekat itu membuat Alio jadi terbayang, seberapa parah siksaan yang Elisa terima selama ini.

Langkah kaki terdengar diluar kamar, menyadarkan Alio dari lamunan, disusul suara pintu yang ditutup perlahan.

Mendengarnya Alio ikutan turun dari kasur lalu melangkah keluar. Mengikuti bayangan yang berjalan lunglai menuju dapur. Itu Elmar. Alio tersenyum tipis dan menyusul dengan langkah cepat.

"Al?" dia jelas kaget mendapati sosok Alio tiba-tiba sudah berada dibelakangnya. Tanpa suara seperti hantu. "Kamu ngapain?" tanya Alio lalu duduk diantara kitchen bar.

Elmar mengangkat gelasnya. "Haus."

Selesai minum dia langsung meletakkan gelas tadi ke bak cucian kotor, menatap pada Alio yang hanya diam. "Kamu diem doang kaya gitu jauh lebih horor dari setan Al." kata Elmar dengan tampang acuhnya. Dia masih mengantuk, jadi tidak ada niat sedikpun untuk meladeni Alio yang suka random itu. Apalagi ini masih jam 3.

Namun belum juga dua langkah, Elmar sudah kembali berbalik saat Alio menarik lalu mendudukkan nya. "Aku mau cerita."

Elmar tidak tau harus menunjukkan raut wajah yang bagaimana saat Alio mengatakan itu. Haruskah senang, sedih, kaget, marah atau justru semuanya dia tampilin jadi satu? Ini tuh jam 3 pagi!!!

AL IS EL (Renjun)(END)Where stories live. Discover now