END

36 23 6
                                    

Isakan panjang terdengar, meskipun kelas sedang ramai dan berisik tapi tarikan nafasnya bahkan terdengar sampai menggema kepenjuru kelas, membuat semua orang yang sedang sibuk menyiapkan contekan untuk ulangan nanti, jadi menoleh.

"Lo berisik banget anjir." Haris menendang kesal kaki meja yang sedang terisak, membuat si empu menoleh dengan matanya yang memerah.

Namanya Diana, dari nametag yang terpasang sih, Dianandra Winanta, tapi satu sekolah lebih mengenalnya sebagai Diana sang biang kerok.

"Tukang palak kaya lo bisa nangis juga ternyata." Haris merampas buku yang tengah Diana baca, melihat sekilas judulnya sebelum satu senyum kecil terbit dibibir indahnya.

Haris, pemuda manis yang cukup disayangi guru-guru, kini sudah bertopang dagu menatap Diana, menatap gadis yang justru tengah mengernyit heran.

Aneh, tadi marah-marah sekarang senyum-senyum.

Diana merampas kembali bukunya, merapikan meja yang sedikit miring, lalu ikut menatap manik Haris yang terlihat cantik.

"Lucu banget nangis gara-gara novel." ujar Haris lagi. Dia kembali tersenyum, lalu menunjuk nama sang penulis yang ada di buku tadi. "Gue kenal sama penulis nya." kata Haris berbangga diri. Dia juga kini sibuk membolak-balik halaman sampai menemukan sesuatu yang menarik perhatian Diana.

"Nih, Haris yang papasan sama kak Al dan El di supermarket itu, gue."

Dia kembali membalik halaman dan tersenyum lagi. "Dan nasi goreng ayah Haris ini, itu kan tempat makan bapak gue Din."

Diana sudah memasang tatapan aneh untuk Haris. Bagaimana mungkin kebetulan semacam ini dia gunakan untuk pamer pada Diana. Ya dia tau Haris emang sering menyombongkan diri, tapi untuk yang satu ini Diana tidak akan tinggal diam. Enak saja dia mengaku-ngaku jadi Haris yang ada di imajinasi Elmar. Meskipun Diana juga baru tersadar soal tempat makan Ayah Haris itu. Tapi kalau memang benar... tidak-tidak. Diana menggeleng kan kepalanya, mencoba mengusir segala macam pikiran yang sempat bersemayam.

"Udah ah, cabut lo sana. Gue masih mau bersedih ria karena kak Rosa nangis-nangis dipelukan nya Heru. Lo kalo mau halu, ga usah cerita-cerita, halu aja sana sendirian."

Haris berdecih namun tetap bangkit dari bangku nya. Lebih baik begitu daripada dia harus merasakan tonjokan dari gadis mungil didepannya ini. Diana cantik tapi menyebalkan. Haris suka tapi takut mati muda.

"Btw ga usah nangis. Toh mereka semua masih hidup. Kecuali Bian sama Elisa sih, itu semua kan karangan kak Elmar doang. Dan kalo lo masih ga percaya sama omongan gue, besok gue bawain series kak Elmar yang terbaru. Yang pemerannya itu kak Raja sama Karina. Dan untuk yang satu ini gue mau pamer, lo belum punya kan novelnya kak Heru sama Rosa? kak Nera juga?" Haris tersenyum mengejek setelah mendapati pelototan kaget dari Diana.

"Gue udah dong, baca langsung di perpustakaan penulisnya. Aseeeek."

Haris kontan berlari saat Diana tiba-tiba bangkit mengejarnya. Dia tidak tau, Diana ingin menonjoknya atau justru ingin memohon minta dibawain. Yang pasti, langkah Haris saat ini tiba-tiba melambat saat mendapati sosok cantik yang kini berdiri didepan pintu kantin.

Diana mengaduh sakit saat dahinya menabrak punggung keras Haris, sedang yang lebih tinggi justu menunduk untuk melihat Diana. Dia tersenyum kemudian meraih lengan kecil itu.

"Lo suka kak Elmar kan?"

Diana mengangguk.

"Mau gue bawain buku barunya kan?"

Lagi, Diana mengangguk. Sedikit heran dengan tingkah Haris.

"Kalau gue bisa bantuin lo buat ketemu sama kak Elmar dan semua karakter yang ada di novel yang lagi lo baca, lo harus iyain permintaan gue, mau?"

AL IS EL (Renjun)(END)Where stories live. Discover now