Between the wound

58 25 19
                                    

Lukanya harus kamu jadikan pelajaran. Dia beri tahu tentang itu bukan karena dia ingin berbagi luka yang sama, tapi karena dia ingin kamu agar tidak menjadi seperti dia. Agar luka yang sama tidak dirasakan oleh kamu.

***

Bagian XXVI - Mimpi yang sama.

Sudah tiga malam Alio terbangun dengan mata sembab seperti habis menangis dan saat bundanya bertanya, dia justru hanya menggeleng dan berlalu menuju kamar mandi.

Dia masih belum tau tujuan sang gadis kecil yang selalu muncul dimimpi nya hendak menyampaikan apa. Namun satu yang Alio tangkap, didalam mimpi itu, dia selalu menunjuk sebuah foto yang terlihat buram dalam pandangan. Foto yang menampilkan sepasang kekasih. Alio tidak tau itu siapa dan dia berdoa semoga mimpi itu hanyalah bunga tidur semata.

Pukul 10 pagi di Medan. Cuaca hari ini cerah dengan suhu yang terbilang sangat panas. Para pekerja sudah lalu lalang melewati jalan setapak yang tepat berada didepan rumah orangtua Alio. Sejak pukul lima pagi hingga kini, orang-orang masih terus lalu lalang.

Anak-anak juga banyak bermain dan semalam sangat menyenangkan. Jika di Medan, belajar taekwondo tidak perlu datang ke tempat pelatihan, mereka biasa berkumpul ditaman depan lalu latihan bersama. Elmar suka dengan hal itu karena dia bisa menyaksikan nya sambil makan ice cream dibangku tempat dia duduk.

"Hari ini anak-anak latihan lagi?" Elmar berbisik pada Alio disampingnya, namun kepala keluarga yang ada dimeja makan itu turut mendengar. Alhasil ayah hanya tertawa dan membiarkan kedua anak muda itu.

"Sst, kalo makan gaboleh ngomong El. Kamu kebiasaan." kata Alio sambil membersihkan selai coklat yang ada dibibir Elmar. Bundanya jadi ikut tersenyum dan Elmar sudah menyikut Alio malu-malu.

Ya, hari ini adalah hari keempat Alio dan Elmar berada di Medan. Setelah mengistirahatkan tubuh selama seharian penuh sekembalinya dari Yogya, mereka langsung bertolak ke Medan dengan barang bawaan seadanya.

Kata Alio sih, bunda punya banyak koleksi baju untuk anak perempuan, jadi Elmar tidak perlu repot-repot untuk mengemasi pakaian nya. Cukup barang yang paling diperlukan saja.

Sisa mereka berada di kampung halaman Alio tinggal dua hari lagi dan Elmar memutuskan untuk benar-benar membantu bunda. Jadi, setelah sarapan berakhir, Elmar akan pergi bersama bunda sedang Alio sendiri dibawa ayah untuk mengenalkan sedikit kepadanya tentang perusahaan. Dan lagi Alio juga harus mengunjungi rumah sang kakek.

Intinya mereka berdua akan sibuk sepanjang dua hari ini.

"Bun, kalau boleh El nanya, Alio kenapa bunda pindahin ke rumah yang sekarang? Rumah yang sebelumnya kenapa?"

Wanita baya cantik itu tersenyum. Matanya fokus pada jalanan, namun sesekali tetap menengok kearah Elmar. "Pertama, bunda mau bantu temen soalnya dia bilang, rumah itu jadi ga keurus karna ga ada yang mau nempatin. Dia jual ke bunda dengan harga murah jadi ya bunda pikir ga masalah buat dibeli. Terus yang kedua, rumah sekarang kan jauh lebih deket ke sekolah. Ditambah ada nilai plus nya lagi, yaitu Alio ketemu kamu." Kedua perempuan beda generasi itu tertawa. Walau yang satu tawa malu-malu dan yang satunya lagi tawa menggoda, tetap saja tawa itu terlihat menyenangkan untuk disaksikan.

"Bunda bisa aja."

"Lagian El kenapa nanya? Ada yang aneh sama rumahnya?"

Sekelebat ingatan langsung melintas dalam kepala Elmar. Dimulai dari sosok yang mainin lampu diminggu pertama Alio pindah, dua kunci yang mereka temukan, hingga yang terakhir mimpi aneh yang keduanya alami. Elmar pikir semuanya berkaitan dengan rumah itu.

Namun akhirnya, dia tetap menggeleng. Memberikan senyum kecil lalu berkata, "Ah, gapapa kok bun, cuma penasaran aja."

Mobil berhenti di perempatan lampu merah, bunda menoleh lagi sambil mengelus sayang rambut Elmar.

AL IS EL (Renjun)(END)Where stories live. Discover now