The last page

37 23 3
                                    

Aku selalu menghargai apa yang Tuhan beri, apa yang Rosa beri, yang Alio beri, atau bahkan yang ayah bunda beri. Sekalipun itu luka, aku tetap hargai. Sebab bukan pemberian itu yang berharga, melainkan orang-orang nya.

Tuhan, kenapa sih aku sesayang ini sama ayah sama bunda? dan Tuhan, kenapa mereka gabisa balas rasa sayang ini?

Sepi ku sampai kapan?
Diary ini, halamannya sudah hampir habis.
Tolong beri sedikit petunjuk apakah sepi ini akan hilang atau justru semakin nyalang.

***

Bagian XXXI - Egois diperlukan?

Pintu diketuk dan wajah terkejut Elmar kala mendapati bundanya masuk kedalam kamar justru disambut dengan senyuman kecil.

"Kamu ngapain?"

Bunda duduk dikasur, menatap lurus pada Elmar yang sedang mengerjakan tugasnya dimeja belajar.

Gadis itu mau tak mau memutar kursinya, senyum canggung sambil mengangkat buku tugas. "Ada PR."

Setelah itu, tak ada lagi suara. Jeda selama beberapa menit sampai ketukan dipintu kembali mengejutkan Elmar. Kali ini sang ayah lah yang masuk masih dengan setelan kerjanya.

"Bunda udah ngomongin ke Elmar?" sang pria baya menatap istrinya sedang Lea langsung memberikan gelengan. Mendadak Elmar bagai orang bodoh didalam kamar itu. Belum lagi tatapan sang ayah yang terasa menyebalkan. El tau, pasti ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan dan itu akan melukai dia nantinya.

Gadis itu menatap ayah bunda nya bergantian. Sudahlah, dia capek. Dia tidak mau peduli lagi tentang mereka. Terserah dia mau dianggap atau tidak, tujuannya sekarang hanya belajar dan menjadi orang besar. Dia ingin membuktikan pada mereka bahwa gender bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan.

Jika orang-orang tau tentang masalah keluarga mereka di abad ke 21 ini, Elmar yakin bahwa orangtuanya pasti akan ditertawakan seluruh dunia.

"Ada apa bun?" tanyanya akhirnya. Diletakkan alat tulis tadi dengan sedikit kasar lalu berbalik sepenuhnya pada sang bunda yang duduk dikasur. Ayahnya juga masih setia didepan pintu, seolah ingin menyaksikan bagaimana wajah terluka Elmar nantinya.

"Kalian mau ngusir aku?" El kembali bertanya, membuat bunda mendongak dengan wajah pias.

Elmar tertawa dalam hati.

Wah, hidupnya lucu sekali.

Wajah itu seolah bilang kalau apa yang Elmar katakan barusan benar adanya. Mereka ingin dia pergi agar oranglain bisa hidup nyaman dirumah ini.

Sakit.

Demi Tuhan Elmar sudah memaki orangtuanya sejak tadi, diam-diam didalam hati.

Anjing.

"Bian bilang dia ga nyaman kalo serumah sama kamu. Dia ngerasa bersalah jadi kemaren minta ijin buat nyewa apartemen sendiri. Tapi ayah ga ngijinin dan dia bilang coba tanya kamu, kamu mau ga belajar mandiri dari sekarang? Tinggal sendiri nanti uangnya bakal ayah kirimin tiap bulan."

Siapapun, Elmar butuh pelukan sekarang. Dia ingin berteriak tapi gabisa.

Sejak dulu Tuhan sudah sekejam ini padanya. Elmar yakin bahwa sepanjang dia hidup, dia tidak pernah menyakiti orang sampai hatinya dibalas sakit seperti ini. Kelewat sakit sampai airmata yang harusnya jatuh malah berganti dengan senyum yang rapuh.

"Ter.se.rah." Elmar memperlebar senyumnya.

"Emangnya aku punya hak buat nolak? Lagian emang ga masalah, sejak aku lahirpun aku emang udah sendirian, iya kan yah? bun?"

AL IS EL (Renjun)(END)Where stories live. Discover now