1. Nameless •

6K 339 649
                                    

Tidak Dikenal

Hallo, Feeys!!

_________________

Welcome to my universe and I wanna hug u as u read this story. Anyway, u are the most beautiful creature in this world, so please keep smile and light up your day with a love.
____________

Disclaimer: Cerita ini bergenre fiksi. Nama pemain dan alur murni pengembangan imajinasi dari saya. Segala tindak-tanduk pemain bersifat khayalan, dan tidak terjadi di dunia nyata. Latar tempat yang dipilih juga semata-mata untuk memberikan kesan aesthetic dan tidak benar-benar ada. Semoga suka, ya. Ditunggu vote dan komentarnya! Wajib!

_____________

Dilarang plagiat! Peringatan keras kepada siapa pun yang punya niat tidak baik. Jangan sekali-kali meremehkan! Ini sudah tertera dengan jelas di:
Sanksi Pasal 113 Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

_________

Cerita ini menggunakan alur yang rumit dan banyak sekali clues-nya.

______

Mengandung unsur kekerasan dan mental issue, jadi mohon bijak.

_____

Jangan jadi siders (silent readers).

Jakarta, 1 Desember 2021

Ada kalanya hujan diawali dengan gerimis, ada kalanya juga hujan diawali dengan guntur. Berbagai macam usaha Tuhan memberikan peringatan bahwa hujan kan tiba. Berbagai macam tanda-Nya untuk mengatakan pada yang di bawah supaya siap sedia dengan kemungkinan lain yang terjadi setelah hujan. Tapi bagaimana jika hujan datang tanpa peringatan seperti tadi? Akankah Dia menurunkan sesosok malaikat setelahnya? Mengapa ragu? Mengapa mengkhawatirkan hal yang belum pasti? Tuhan pasti lebih tahu yang terbaik untuk semua ciptaan yang ada di bumi-Nya, bukan?

Malam itu hujan mengguyur si tanah ibu kota. Belum larut sebenarnya karena masih pukul 20.30-an. Beberapa kendaraan seperti mobil, bus, angkot, dan motor juga masih berseliweran dari berbagai arah jalan. Layaknya membuka gulungan denah, tak jauh dari kawasan beraspal itu pun terpampang salah satu halte yang selalu diisi oleh beberapa calon penumpang bus. Salah satu di antaranya adalah seorang pemuda dengan wajah tampannya tak tak lupa dengan setelah jas warna hitamnya sedari tadi menunggu kendaraan jenis roda empat itu. Tanpa merasa terbebani karena sudah cukup lama di sana, kedua matanya itu pun tercetak jelas seperti bulan sabit karena tak khayal ia menyunggingkan senyuman simpul. Sangking nikmatnya, ia pun lantas memejamkan nya pelan, seolah memvisualisasikan bagaimana titik-titik hujan menyirami otaknya.

"Hujan," gumamnya pelan.

"Heii!!!!"

Tapi Sial! Belum sempat ia tenggelam jauh bersama imajinasinya, ia lantas dikagetkan oleh suara seseorang yang berteriak keras di sekitar halte itu.

Atensi pemuda itu pun langsung tertuju pada orang yang ada di depannya tersebut. Ia ingin menanyakan apa yang terjadi sebenarnya, tapi orang itu, pria kisaran umur 45 an itu nampak mengumpat sedari tadi.

Fall on Deaf Ears (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang