-Sebelas-

885 205 9
                                    

Seminggu terlewati, masih ada 2 minggu lagi sampai perkuliahan selanjutnya dimulai kembali. Asli sih, aku udah mulai bosan dan pengin banget pulang.

Ku sampaikan hal itu pada teman sekamarku, dan mereka mendukungku.

"Yaudah, lo balik aja La, 3 hari aja tapi biar gak keliatan banget kalo lo gak ada, berangkat malem, pulang juga malem biar pada gak sadar." Ucap Irene.

Aku melirik dua temanku yang lain, mereka juga mengangguk.

"Yaudah gak apa ya aku balik?" Kataku.

"Iya, sana kangen-kangenan sama keluarga." Sahut Jingga.

Akhirnya, selesai makan malam aku siap-siap, hanya membawa tas kecil buat main aja biar gak dicurigai.

"Yaudah aku berangkat ya?" Kataku pamit.

"Hati-hati La," Seru Olive, Irene dan Jingga. Aku mengangguk kemudian berjalan ke luar.

Sampai depan gerbang, aku gak melihat ada tukang ojek, jadi ya mau gak mau aku jalan dengan jarak yang lumayan. Karena jarak gerbang utama jauh banget, ya tentu saja aku motong jalan lewat samping, biar bisa nemu angkot.

Eh tunggu dulu? Kenapa aku harus naik angkot ya? Kan bisa aja aku langsung pesen taksi online? Jadi gak perlu jalan kaki juga kan?

Hemmm, kadang nih yaa, otakku emang suka rada-rada.

Karena jalan sudah nanggung, jadi ya aku memutuskan memesan taksi di gerbang samping, gampang juga titik jemputnya, dan tak sampai 5 menit menunggu, taksi pesananku sudah datang.

Sepanjang perjalanan aku happy, membayangkan akan pulang ke rumah, makan masakan Bunda, tidur sendiri di kasurku, punya kamar mandi sendiri. Ya ampun bahagianya.

Aku juga teringat Aaron, jadi langsung saja ku telepon dia, dan syukurnya, diangkat dong sama anak sok sibuk itu.

"Hay La?" Serunya di kejauhan  sana.

"Hay Ron, coba tebak gue lagi di mana?"

"Di mana? Ya di asrama lah, di mana lagi?"

"Gak dong, salah! Gue lagi di jalan, mau pulang ke rumah!"

"Eh? Pulang lo? Tengokin orang tua gue ya La?"

"Siap Ron!"

"Kok bisa sih lo balik?"

"Di-cover sama temen-temen kamar gue, gitu lah pokoknya, dan cuma bisa 3 hari."

"Ya lumayan lah itu."

"Iya, makanya gue happy banget ini."

"Enak ya lu happy, gue lagi stress di sini." Katanya dengan nada acuh.

"Heh? Kenapa?"

"Cewek gue hamil, dia minta anter gue ke klinik aborsi."

Aku tersentak mendengar itu. Kenapa harus masalah serupa sih? Kok kayak aku tuh dikelilingi masalah perihal aborsi aja terus. Kesel.

"Cewek lo? Lo punya pacar?" Tanyaku heran, soalnya Aaron juga udah lama gak cerita-cerita.

"Punya La, baru pacaran 4 bulan."

"Terus lo mau?" Tanyaku.

"Niatnya sih sore ini, La." Jawabnya. Oh iya, di sana masih pagi.

"Yaudah kalo gitu, lo semangatin dianya, soalnya kan kaya gitu butuh nyali gede Ron,"

"Iya La, gak kebayang gue bakal ada di posisi begini. Abis ini ni cewek gue suruh minum birth control pills aja apa yak?"

"Lo aktif emang gituannya?" Tanyaku.

Sewindu MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang