"Bau kuah bakso lo!" Seru Antony ketika ia menjalankan motornya di gang kostan.
Aku gak menjawab, aku masih tegang, sumpah.
"Gara-gara lo nih, gue gak jadi makan bakso, laper padahal." Nada suara Antony santai, sepertinya ia sedang ingin menenangkanku. Tapi... gak bisa, aku beneran tegang, takut, dan gak tau lagi deh. Gak siap aja Rizal yang biasanya manis tiba-tiba berubah kaya tadi.
Masih bengong, aku tersadar kembali karena ponselku bergetar, Irene menelepon dan langsung saja kuangkat.
"La? Masih sama Rizal?" Tanyanya.
"Eh? Kenapa?"
"Olive pingsan di kamar mandi, ini gue, Jingga sama anak-anak bawa balik ke kamar, kalo bisa lo minta Rizal ke sini, biar ada yang bawa Olive ke klinik, La." Aku baru sadar, suara Irene terdengar panik.
"Yaudah, ini gue di jalan balik kok. Kalo pake motor bisa emang?" Tanyaku.
"Ya dicoba, Olive dudukin di tengah terus satu orang jagain di belakang."
"Yaudah yaudah, bentar yaa!"
"Iya, cepet!" Seru Irene.
Begitu panggilan terputus, aku langsung menepuk pundak Antony, membuatnya ngerem mendadak sehingga kepalaku menyundulnya.
"Lo... apaan sih? Bikin kaget!" Serunya kesal.
"Sorry, tapi... bisa cepetan gak? Temen gue pingsan."
"Ada-ada aja ya permasalahan hidup lo!" Ia kembali menjalankan motornya.
"Eh ini juga temen lo tahu!" Seruku.
"Temen gue? Siapa?"
"Olive?"
"Ohhh Olive Destriana? Yang sekelas sama gue?"
"Iyeee, bawel! Cepeeet!" Seruku dan Antony pun makin kencang narik gas motornya, bikin aku refleks narik pinggiran bajunya.
Sekitar 5 menit, kami sampai di parkiran asrama.
"Ton, kalo nolongin bawa Olive ke klinik mau gak lo?" Tanyaku.
"Iyaa hayu, boleh masuk emang gue?" Antony menunjuk gedung asrama.
"Bisaaa!" Kataku, lalu ia pun mengangguk.
Kami bergegas masuk, menuju kamarku yang ternyata.. dari lorong aja udah rame.
Pas masuk, di dalam kamar penuh orang, banyak yang ngerubutin Olive yang pingsan.
"Yee gebleg! Pada keluar lu, orang pingsan malah dikerumunin, kaga dapet oksigen, bege!" Seru Antony.
"Emang iya?" Sahut Elma, penghuni kamar ujung deket kamar mandi.
"Sesek coy! Dah sana, bubar!"
Dan kerumunan pun bubar, nyisa Jingga dan Irene yang menunggui Olive.
"Kenapa Ren?" Tanyaku.
"Gak tahu, tadi dipanggil sama Risa, dia pingsan di depan kamar mandi. Bawa yuk? Ngeri." Jelas Irene.
Aku mengangguk, kemudian melirik Antony.
"Ton? Tolong dong," Pintaku.
"Okee, okee, minggir!" Serunya. Irene dan Jingga pun langsung menyingkir.
Antony mendekati Olive, lalu menyelipkan tangannya di bawah lutut dan lengan Olive, ketika ia akan mengangkat, eh Olive sadar, langsung bergerak mendorong Antony. Akibatnya, Olive jatoh lagi ke kasur, Antony kejedot kasur yang atas.