Kamar temannya Antony agak berantakan, tapi yaudah lah yaa, gak bisa ngarepin kamar selayaknya hotel berbintang kalau begini. Ada tempat buat tidur aja syukur deh.
"Udah, malem ini kalian di sini dulu aja." Kata Antony.
"Makasi ya Ton," Kataku tulus.
"Iya Ton, thanks!"
Antony mengangguk, lalu ia pamit balik ke asrama. Katanya sih tadinya dia yang mau tidur di kamar ini malem ini, tapi berhubung aku dan Irene lebih butuh, jadi Antony mengalah dan ia lah yang kembali pulang ke asramanya.
"Baek-baek kalian berdua, kunci pintunya, nanti kalo mau apa-apa telepon aja La."
"Iya Ton, makasi!" Aku berdiri, mengantar Antony sampai depan, tempat ia memarkirkan motornya.
"Hati-hati Ton," Kataku.
"Santai, deket doang segala hati-hati. Malem gini juga, jalanan sepi."
Aku mengangguk.
"Sekali lagi makasi ya!"
"Lo tenangin tuh temen lo, gue tadi denger semua, sorry, berat banget kayaknya dikhianati temen sendiri. Gue gak nyangka Olive begitu, dia kan... kalem banget!"
"Semua juga gak ada yang nyangka kayaknya."
"Yaudah kita ngobrol nanti aja, lo urus dulu temen lo, gue balik ya!"
"Thank you!" Kataku untuk ke sekian kalinya.
"Oh iya, kirim ke gue sini tugas lo yang belum kelar." Ujar Antony bikin aku kaget.
"Hah? Buat apa?"
"Gue bantuin, biar tugas lo gak terabaikan, ayok! Kirimin ya!"
Aku menatapnya syok, tak percaya tapi Antony hanya tersenyum.
"Cepet kirimin, nanti gue gak balik-balik nih!" Serunya. Akhirnya kuambil ponsel dari saku celana belakangku, kemudian mengirim foto tugasku kepadanya.
"Dah masuk, bye Gamyla, night!" Katanya, kemudian motornya pun melaju.
"Byeee!" Seruku, lalu berbalik, masuk ke kostan dan tak lupa mengunci pintunya.
Irene sudah berbaring, menghadap tembok, kulihat ia sesekali terisak.
Mendekatinya, aku duduk di pinggir ranjang.
"Ren, sorry ya, lo harus ngalamin ini." Kataku, mengusap-usap punggungnya.
"Hiks, bukan, bukan salah lo kok La." Ujar Irene sambil terisak.
"I know, tapi, sedih aja, liat orang sebaik lo diginiin sama temen sendiri, sama pacar sendiri. Mereka bener-bener jahat Ren,"
"Gue tahu cowok gue berubah, gue tahu dia beda dan gue udah nyangka kita bakal putus, sakit, tapi gue bisa lalui itu. Yang gue gak nyangka ya Olive, La. Olive!" Irene menekankan suaranya ketika menyebutkan nama Olive, aku tahu, Irene pasti kecewa dengan temannya itu.
Aku mengangguk, memahami apa yang dirasakan oleh Irene.
"Yaudah tidur gih, udah malem, lo istirahat aja." Kataku.
"Emm, gue boleh minta tolong La?"
"Apa?"
"Besok tolong packing barang-barang gue ya, gue mau keluar aja dari asrama, gue gak bisa balik lagi ke sana setelah apa yang dilakuin Olive."
"Oke, Ren. Terus lo mau ke ke mana? Balik ke rumah?"
"Iya deh kayaknya, sambil cari-cari kostan. Toh bentar lagi kita juga resmi keluar dari asrama, dan rumah gue terlalu jauh kalo gue bolak-balik, capek di jalan yang ada." Jelas Irene.