Aku terbangun lebih dulu daripada Aaron, melepas pelukannya, aku langsung turun dari kasur, masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selesai mandi pagi dan berganti, aku keluar kamar, turun menuju dapur dan melihat Tante Hilda sedang menyiapkan sarapan.
"Bikin apa Ma?" Tanyaku.
"Telur orek nih, kalian makan sama sandwich aja ya, gak apa kan?"
"Gak apa Ma, sini Ila bantuin yaa."
"Itu aja kamu ambil piring yang udah Mama cuci tadi, lap biar gak basah terus susun di meja ya sayang."
"Siap Ma!"
Aku melakukan yang disuruh Tante Hilda, ketika sedang menata meja, Aaron turun, masih muka bantal, belum mandi.
"Kenapa gak bangunin gue?" Tanyanya.
"Lo baru tidur bentar, istirahat aja sana."
"Ya sama kali kita tidurnya!"
"Ya lo kan pasti capek kan habisss--" Aku sengaja tak menyelesaikan kalimatku.
"Ya gak gitu juga lah, Laa!"
Aku hanya mengangkat bahu, lalu kembali ke dapur untuk membawa telur orek, sosis goreng dan selada yang sudah disiapkan Tante Hilda.
Tak lama, Gina turun dari kamarnya, sama seperti Aaron, masih muka bantal. Lalu, Om Fauzi yang entah dari mana, bergabung juga bersama kami.
"Aaron punya berita baik, Ma, Pa!" Seru Aaron saat kami asik makan.
Berita baik? Berita apaan nih?
"Apa sayang?" Tanya Tante Hilda.
"Aku sama Ila pacaran!" Tiga pasang mata langsung melirik kami bergantian. Gina dan Om Fauzi terlihat senang, tapi Tante Hilda mukanya panik.
"Apaan?!" Aku langsung berseru, Aaron gak bisa dong seenaknya bikin pengumuman gitu, aku kan belum setuju atas hubungan ini.
"Kalian... kalian gak bisa pacaran sayang." Ucap Tante Hilda lembut.
"Kenapa Ma? Bukannya Mama yang gak setuju Aaron sama mantannya? Terus bilang juga kalo cari cewek kaya Gamyla, ya kan? Bagus dong kalau mereka pacaran, apalagi sampe serius, kita bakal jadi keluarga beneran. Kenapa gak bisa?" Tanya Om Fauzi, suaranya terdengar bingung, dan Aaron pun memasang mimik muka yang sama.
"Coz basically, they're twins!" Ucap Tante Hilda takut-takut, perkataannya itu, membuat kami semua menghentikan sarapan, menuntut penjelasan lebih.
"Maksudnya apa Ma?" Tanyaku.
Kulihat Tante Hilda melirik frustasi ke Om Fauzi, wajahnya tampak merasa bersalah. Apa sih ini? Kenapa dibilang kembar? Aku sama Aaron kan lahirnya beda 3 hari, dia duluan. Dan lagi, kami lahir dari dua orang tua yang berbeda.
"Maksudnya kembar apa Ma?" Tanya Aaron.
Tante Hilda terlihat panik, ia seperti ingin menangis.
"Harusnya Kenanga ada di sini, kita sama-sama janji akan bilang rahasia ini pada waktunya."
"Kamu ngomong apa sih?" Om Fauzi bingung.
"Sebenernya, Ila itu anak kita, Pa. Aaron itu anak Kenanga sama Bagus."
Kami semua melotot mendengar itu.
"Ma, jangan becanda!" Kataku pelan.
"Mama gak bohong, sayang... kamu boleh cari berkas Bunda, dan pasti kamu nemuin perjanjian kita. Kalau kita sepakat buat tukeran anak."