Aku terbangun, melihat kasur di sampingku kosong. Lalu, kudengar suara Antony sedang mengobrol, tapi aku tak mengerti karena dia pakai bahasa lain.
Tak lama, Antony memasuki ruangan ini. Ia tersenyum melihatku sudah bangun, lalu mengatakan sesuatu pada ponselnya, dan ia mematikan panggilan itu.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Siang ini aku harus balik ke Norway, aku ninggalin rapat penting 2 hari. Kamu ikut ya?"
"Tapi..."
"Tapi apa? Kamu udah setuju loh kita balikan."
"Yaudah, iya!" Aku sudah benar-benar malas berdebat, karena... buat apa? Ya kan?
"Gitu dong, sayang!" Ia mendekat, naik ke kasur hanya untuk mencium keningku.
"Barang-barang kamu di mana?"
"Di hotel lah,"
"Yaudah, kamu pake baju aku dulu aja, terus kita ke hotel tempat kamu nginep, ambil barang kamu, baru kita ke Norway, oke?"
Aku mengangguk.
"Gosh! Jalanin hidup ini asik ya kalau berdua gini." Katanya membuatku tersenyum.
***
Kami berdua gak ada yang mandi. Cuaca terlalu dingin untuk mandi. Jadi ya kami bersihin diri gitu aja.
Aku gak masuk ke kamar hotel, tapi cuma sampai resepsionis karena sadar kalau aku book hotel ya cuma buat dua hari, jadi aku sudah melewati batas nginepku.
Antony yang membantuku bicara, dia tahu aku males ngurus ginian, akhirnya ketemu lah barang-barangku, dan aku kena denda sekian euro, iyaps, euro, bukan mata uang sini. Sialan emang!
"Dah, yang penting kelar." Kata Antony, aku hanya mengangguk.
Sumpah sih, aku beneran gak tahu harus melanjutkan hidupku seperti apa, karena aku gak punya rencana melanjutkan hidup..
Sekarang, bersama Antony, aku tahu aku gak akan bisa lari dari dia untuk menjalankan rencanaku, jadi ya... aku cuma bisa nurut aja sama dia.
Setelah barang-barangku kembali, kami balik lagi ke hotel tempat Antony menginap. Dan, aku baru memperhatikan, kalau pemandangan di sini, walau cuma di pinggir jalan tapi bagus banget, sumpah.
"Kenapa kamu?"
"Ini negara cantik banget ya? Kalau Bandung diciptakan pas Tuhan lagi senyum, kayaknya Tuhan lagi jatuh cinta deh pas ciptain Iceland." Kataku, Antony tersenyum di sampingku.
"Nanti kita balik lagi ke sini ya pas rapat aku kelar, aku ajak kamu jalan-jalan, ke Glacier Lagoon, ke Diamond Beach, semua deh, oke?"
Aku menatap Antony, tersenyum sambil mengangguk.
Mendadak hatiku tenang, kaya gak ada lagi rasa sakit yang tertinggal di sana. Adanya Antony di sini, seolah sebagai penyembuh semua rasa sakit yang selama ini kurasakan.
"Makasi, ya." Kataku pelan.
"Buat apa?"
"Buat dateng ke sini,"
Antony menatapku heran, tapi akhirnya ia mengangguk.
"Aku yang makasi, kamu udah kasih aku kesempatan kedua, aku janji gak akan sia-siakan ini semua." Ucapnya lembut.
Kami sampai di hotelnya Antony, ia menyusun ulang barang bawaan kami. Karena koperku termasuk besar dan bawaanku gak banyak (ya, aku sengaja bawa koper besar biar Gina percaya aku mau liburan keliling Eropa, tapi isinya ya sedikit karena aku tahu, aku gak butuh barang-barangku, karena aku tahu betul apa rencanaku) Antony memasukkan barangnya ke dalam koper, lalu melipat travel-bag miliknya, jadi barang bawaan kami hanya satu.