Aku terbangun tengah malam, pengin pipis, jadi langsung saja aku turun dari kasur, ke kamar mandi.
Begitu kembali ke kasur, ku pandangi Antony yang sedang terlelap, ia tidur dengan posisi memunggungiku, dan ia juga menggunakan jaket untuk menutupi bagian pahanya yang tidak tertutup celana.
Kasihan, aku membentangkan selimutku padanya, lalu beringsut mendekat, merebahkan diri di dekat punggungnya, lalu kuberanikan diriku memeluk Antony dari belakang, gosh... dia wanginya enak.
Kupejamkan mataku, berusaha tidur lagi dengan posisi baru yang menyenangkan ini, sambil berdoa semoga aja Antony gak kebangun, ngeri dia nyangka kalo aku mau ngapa-ngapain, kan berabe.
Menarik napas berulang kali, tak lama setelah itu aku pun terlelap kembali.
**
Aku tersentak ketika mendengar ponselku berdering, nyaring. Dan hal yang sama terjadi juga pada Antony, dan... kenapa kami tidurnya jadi pelukan begini?
Menarik diri, aku mundur sedikit karena posisinya emang aku yang nyedek Antony sih, jatah kasur bagianku masih lega.
Antony mengambil ponselku yang berisik itu dari meja, mengulurkannya padaku.
"Nih, Aaron, video call!" Serunya dengan suara parau.
Astaga Aaron, dia gak sadar kali ya di Indonesia masih jam 4 subuh!
Kuangkat panggilannya, mengarahkan ponsel ke wajahku dan munculah wajah Aaron di layar.
"Kok gelap?" Tanyanya tanpa basa-basi.
"Lagi tidoooor!" Seruku kesal.
"Bangun neng, kuliah subuh!"
"Weekend ya kampret!"
"Gue mau cerita nihh, urgent!"
"Apa sih?"
"Cewek gue minta putus, gara-gara nyokap!"
"Hah? Kok bisa?"
"Coba lo nyalain lampu dulu dong, biar gue bisa liat muka lo, jadi berasa ngobrol, gini mah gue nanti disangka ngobrol sama genderuwo!"
"Sembarangan aja lu!"
Kulihat Antony turun dari kasur, menyalakan lampu sebelum ia masuk ke kamar mandi.
"Nah gini kan gue jadi berasa ngobrol sama singa!" Ledeknya, aku tahu, rambutku berantakan.
Meletakkan ponsel di kasur, kuikat rambutku dengan kunciran yang selalu ada di pergelangan tanganku, baru memungut HP kembali, meneruskan obrolan Aaron yang gak penting-penting amat.
Antony keluar dari kamar mandi, ia duduk di karpet, menghadap ke arahku, seperti sedang memantau, bikin aku gerogi.
"Kenapa bisa lo putus gara-gara nyokap?!" Tanyaku.
"Nyokap liat cewek gue, katanya gak cocok, terlalu liar, dikata satwa kali ya cewek gue."
"Liar gimana? Nyokap bilang gitu pasti ada dasarnya kali?"
"Iya, pas gue ajak ketemu dia pakaiannya minim gitu, lha kan di sini pas summer ya, wajar aja dia baju begitu. Terus pas ditawarin rokok sama bokap gue, eh dia mau. Dah lah, emak gue langsung ngomel-ngomel di tempat. Nah sekarang cewek gue mulai merasa risih, dan gue diputusin."
"Belom jodoh." Kataku,
"Ehh kampret, enak aja lu ngomong, gue punya beban ini putus dari dia."
"Kenapa?"
"Yaaa... gimana... susah gue jelasinnya."
"Aneh lo, putus aja jadi beban, gak lo banget tahu gak sih Ron!"