Kayaknya ini kali pertama, aku tidur sama cowok, bangunnya gak pelukan. Dan tidurnya pun beneran tidur. Gak ada satu pun hal macem-macem yang terjadi.
Febri masih terlelap, padahal ruangan ini sudah terang, cahaya matahari sudah menerobos masuk dari kisi-kisi di atas jendela.
Aku mengusap wajahku, lalu tanganku terulur ke bawah kasur, meraih tas miliku, mengeluarkan ponsel.
Ketika membukanya, banyak sekali panggilan tak terjawab dari Gina, Aaron dan satu nomor asing.
Gosh! Rasanya aku pengin lari aja dari semua masalah ini.
"Hay! Selamat pagi!" Aku menoleh ketika mendengar sapaan lembut itu.
"Hay!"
"Kok mukanya kusut lagi?" Tanya Febri.
"Gak apa, aku balik ya."
"Aku anter, yuk!"
"Aku kan bawa mobil,"
"Yaudah, pake mobil kamu, aku bisa suruh supirku buntutin kita."
"Yaudah," Kataku, kemudian aku turun dari kasur, merapikan bajuku yang sangat kusut ini.
Ya ampun, ini aku masih pake baju pesta semalem. Udah gilak!
"Kamu mau ganti dulu?" Tawar Febri, aku menggeleng.
"Yaudah, aku gini aja kali ya anter kamu? Apa harus ganti baju?" Tanya Febri.
"Gitu aja, kan di dalem mobil juga kan? Biar cepet."
"Oke!"
Kami berdua keluar dari kamar, singgah sebentar di ruang makan, Febri memberiku segelas air.
"Ada karet gak? Pengin kuncir rambut." Kataku setelah menenggak air.
"Mbak, iket rambut kamu siniin!" Febri berkata pada mbak yang standby memerhatikan kami berdua. Menunggu perintah sepertinya.
Kulihat mbak tersebut melepas ikat rambutnya dan memberikan pada Febri lalu Febri mengopernya padaku.
"Gak usah punya mbaknya, karet gelang aja. Cuma biar gak berantakan ini rambut."
"Udah ini ambil, gak apa kan Mbak?" Tanya Febri dengan nada mengintimidasi.
"Iya Mbak, gak apa, dipake aja."
"Sorry ya Mbak, makasi." Kataku, lalu mengikat rambutku seperti ekor kuda.
"Eh iya Mbak, tolong beresin kamar saya ya, semalem saya muntah, terus panggil orang yang buat bersihin kasur, sama kamar ke dua dirapihin, saya malem ini tidur situ."
"Baik, Pak!"
Setelah memberi perintah, Febri menggengam tanganku, mengajakku ke luar, tangan kanannya yang bebas sudah sibuk dengan ponselnya.
Begitu tiba di parkiran, Febri mengambil kunci dari tanganku.
"Aku yang nyetir,"
"Kamu beneran udah sober?" Tanyaku.
"Yapp!"
Aku mengangguk, kemudian masuk ke bangku penumpang. Saat mobil keluar dari basement parkiran, kulihat sebuah mobil hitam mengikuti kami. Kayaknya sih supirnya Febri.
Kami diam sepanjang jalan, well, Febri ngajak ngobrol sih, cuma aku jawabnya gak niat dan dia sepertinya mengerti kalau aku lagi gak mau ngomong.
Begitu tiba di rumah, pintu pagarku ternyata sudah terbuka lebar, jadi Febri langsung memasukan mobil ke dalam.
"Thanks ya!" Kataku sebelum keluar dari mobil.