-Tiga puluh dua-

969 193 17
                                    

Untuk pertama kalinya sejak Ayah dan Bunda meninggal rumah ramai kembali, Tante Hilda, Om Fauzi bahkan Aaron datang. Aku gak ngerti kok Aaron bisa ikutan ke sini? Harusnya kan dia kuliah.

"Are you okay, La?" Tanya Aaron, ia memelukku erat sekali.

Aku hanya mengangguk, entah kenapa aku gak mau nangis di depan dia. Lagi pula... capek nangis terus.

"Kok lo bisa di sini?" Tanyaku.

"Iya, makanya Mama sama Papa telat pulang tuh karena gue maksa bareng, gue ngurus kuliah dulu, biar bisa ngurus tugas akhir di sini, sekalian temenin lo!"

"Thanks Ron, it means a lot,"

Tante Hilda dan Om Fauzi gak banyak bertanya, mereka bersikap biasa saja, mungkin gak mau membangkitkan rasa sedihku.

Tante Hilda sepanjang sore sibuk beberes, lalu menyuruhku, Aaron dan Gina untuk belanja ke supermarket, sementara Om Fauzi sibuk di taman depan, merapikan tetaneman Ayah yang tidak terawat.

Pergi belanja bersama Aaron dan Gina membuatku sedikit menikmati hidup, setelah hampir dua bulan aku stress mengurus semua sendiri.

"Beli duren yak? Pengin makan duren gue!" Seru Aaron.

"Boleh Kak, aku juga mau!" Sahut Gina,

Aku diam, karena aku masuk golongan orang yang gak suka duren, menurutku rasanya aneh, dan heran kenapa orang kalo makan duren bisa nikmat banget? Hueeek!

Setelah menyelesaikan list belanjanya tante Hilda dan ditambah 3 buah duren tentu saja, akhirnya kami pulang.

Aaron yang menyetir, tapi sesekali ia menggengam tanganku, gak ngerti aku maksudnya apa.

Di rumah, Gina dan Aaron membantu Om Fauzi, sedangkan aku membantu tante Hilda memasak. Jujur, aku merasa bahagia bisa seperti ini... karena dulu sama Bunda gak pernah, Bunda tipe orang yang gak mau dibantuin kalau lagi masak... katanya sih cuma bikin riweh aja.

Masak selesai, aku izin ke kamar buat mandi, setelah seharian yang melelahkan ini. Aku pengin menyegarkan diri, biar hari yang bahagia ini berakhir baik.

"Ma, masakannya enak banget!" Puji Gina,

"Baguss, makan yang banyak ya kalian!"

Kami makan sambil Aaron sesekali menceritakan kuliahnya, lalu Gina juga berbagi ceritanya soal sekolahnya dan bagaimana rasanya menjadi senior.

"Aku diajak dong dek kalo kalian bikin party, seru kayanya datengin party anak SMA, ya gak La?" Ujar Aaron.

"Dih, inget umur kali," Kataku.

"Iya ish, kalau Kak Aaron mahasiswa baru mau deh aku ajaknya, lha ini? Bangkotan."

"Sembarangan aja! Jiwa tuh tetep muda!"

"Eh iya Ron, kamu udah putus kan sama Grace?" Tanya Tante Hilda.

"Udah Ma, udah putus lama, seneng?"

"Yaaa bukan gitu, cuma kan mending cari di sini aja lah, emang kamu bakal tinggal selamanya di Amrik? Engga kan? Diia juga emang mau pindah ke sini?"

"Udah ah Ma, jangan bahas Grace." Ucap Aaron.

Setelah makan malam, kami semua kumpul di ruang keluarga. Tante Hilda dan Om Fauzi ingin menginap malam ini. Saat kutawari untuk tidur di kamar Ayah dan Bunda, mereka menolak, mereka pilih tidur di kamar Bang Jati.

"Ma, Aaron tidurnya sama Ila ya?" Ucap Aaron tiba-tiba.

"Hih?" Sahutku.

"Ila mau?" Tanya Tante Hilda.

Sewindu MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang