28: bintang dan sinarnya

16.8K 3.1K 544
                                    


Jangan lupa untuk memberikan vote dan komentar disetiap part cerita ini, terimakasih :>
kalo ada gif nya, diliat ya pren hehe.

**§**

**§**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Taman kincir angin.

Di malam yang dingin, kedua insan pemuda ini tengah menikmati pemandangan malam yang indah disebuah taman yang menjadi tempat favorit keduanya. Jika dilihat malam hari, taman ini akan jauh lebih indah pemandangannya.

Meskipun hanya diterangi oleh beberapa lampu, namun tidak menghilangkan kesan indah dan menenangkan dari taman kincir angin ini.

Sehabis dari rumah sakit kanker anak, satya dan Alya memilih untuk berkunjung sejenak Ketaman ini, menikmati pemandangan langit malam yang begitu indah sambil mencari angin malam yang menyejukan.

Satya menoleh kearah Alya, lelaki itu tidak memalingkan pandangannya sedikit pun dari wajah gadis ini. Jika malam begini, ditambah terpaan sinar rembulan malam membuat gadis ini nampak sangat cantik sekali. Tanpa sadar, Satya mengangkat kedua ujung bibirnya. Ia tersenyum tipis.

"Nggak dingin?" Satya mulai bertanya.

Alya yang semula tengah menikmati pemandangan langit malam seketika menoleh kearah Satya. Kemudian ikut tersenyum.

"Nggak, kok." Jawab Alya.

Keduanya kembali menatap langit malam yang terbuka dan terlihat jelas dihadapan mereka. Langit malam saat ini sungguh indah, banyak bintang dan bulan yang bertaburan menampilkan keindahannya.

"Langitnya indah, ya." Ujar Alya, gadis itu tersenyum lebar tanpa mengalihkan pandangannya kearah langit malam, begitu dibuat takjub.

"Iya, indah. seindah ciptaan Tuhan yang ada disamping gue," jawab Satya.

Alya memudarkan senyumnya, langsung menatap Satya bingung.

"Gue dong," Alya menunjuk dirinya sendiri dengan percaya diri.

Satya terkekeh mendengarnya, ternyata perempuan ini cukup percaya diri juga.

"Kata siapa?"

"Emang yang disamping gue cuma lo doang?" celetuk Satya.

Alya berdesis kesal mendengarnya, entah ia yang terlalu percaya diri atau Satya yang terlalu menyebalkan padahal dirinya sudah begitu yakin, Alya jadi malu.

[✓] Satya dan 67 hariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang