39: berhak bahagia

16.4K 2.9K 666
                                    

****

-s&67h-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-s&67h-


Selang oksigen diselubungi kedalam lubang hidung lelaki yang tengah memejamkan matanya tersebut untuk membantu pernapasannya, wajah pucatnya begitu memprihatinkan. Beberapa perawat lain membantu menempelkan beberapa alat medis lainnya, seperti infusan dan lainnya.

Setengah jam yang lalu, satya dilarikan kerumah sakit karena kondisinya yang tiba-tiba drop kembali dengan keadaan tidak sadarkan diri. Hingga saat tiba dirumah sakit inipun Satya masih belum sadar juga.

Setelah selesai menangani kondisi Satya, para perawat satu persatu keluar dari ruangan tersebut. Tinggal-lah berdua antara dokter Budi bersama dengan Satya yang dalam keadaan tidak sadarkan diri diruang rawatnya.

Dokter Budi terus memandang wajah Satya cukup lama, wajah Satya yang sedang terpejam menimbulkan aura positif dari diri lelaki ini membuat seulas senyum tipis terpancar dikedua sudut bibir dokter tersebut.

Dokter Budi mengelus lembut puncak kepala Satya, saat menarik tangannya dari rambut lelaki itu, tidak sengaja rambut Satya pun ikut rontok. Dokter Budi terkejut melihatnya. Memang sebenarnya, dokter Budi juga belum tau bahwa rambut lelaki ini telah rontok sekarang. setau dokter Budi, selama 4 tahun Satya mengidap kanker darah lelaki itu belum pernah mengalami kerontokan rambut, Tapi kali ini rambut Satya mulai rontok.

Kerontokan rambut akan terjadi jika seorang penderita kanker menjalani kemoterapi, tapi belum juga Satya menjalankan kemoterapi tetapi lelaki itu sudah mengalami kerontokan rambut. Itu artinya kanker yang diderita Satya sudah sangat parah

Dokter Budi terduduk lemas dikursi samping ranjang Satya sambil menggenggam rontokan rambut cowok itu, Entah kenapa dokter Budi merasa kesedihan yang begitu mendalam.

Ia merasa bahwa anak ini usianya benar-benar tidak akan bertahan lama lagi. Sisa usia yang sudah pernah ia vonis rasanya akan menjadi kenyataan nanti.

Dokter Budi sudah sering menangani pasien penderita kanker lainnya, tapi entah kenapa saat menangani Satya dokter Budi merasa berbeda. Mungkin karena Satya adalah sosok laki-laki yang tidak pantang menyerah dan memiliki semangat untuk hidup yang besar dari kebanyakan pasien-pasien lainnya yang seusia dengan lelaki itu.

Ketika menangani pasien lain, dokter Budi juga akan merasa sedih jika pasien tersebut mempunyai sisa usia tinggal sebentar. Tapi kesedihan dokter Budi bertambah kali lipat lebih besar pada Satya saat tau anak ini memiliki vonis usia yang tidak akan lama lagi.

Dokter Budi kembali teringat pada ucapan Satya beberapa waktu lalu, ucapan yang selalu terngiang dalam pikirannya.

"Dok, saya bisa sembuh nggak, ya?"

"Saya pengen sembuh."

Saat mengingat ucapan Satya lagi, rasa sedih didalam hati dokter tersebut begitu besar. Dokter Budi tidak bisa menjawab pertanyaan yang terlontar dari Satya saat itu. Pertanyaan Satya benar-benar membuat dokter Budi tidak bisa menjawabnya. Bukan karena tidak ada cara lain, tapi karena dokter Budi tidak tau harus berkata apa.

[✓] Satya dan 67 hariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang