46: kincir angin terakhir

18.7K 3.4K 1.5K
                                    

udah vote? vote dulu ya baru gass baca lagi >_<

udah vote? vote dulu ya baru gass baca lagi >_<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Gadis itu menampakan kakinya kembali didepan ruang rawat seorang lelaki yang selalu ia rindukan sosoknya dalam beberapa hari ini. Ia membuka pintu tersebut, ruangan itu nampak kosong.

Alya tersenyum getir didalam ruang rawat Satya yang tidak ada siapapun didalamnya, kemudian ia meletakan sebuah bucket bunga diatas nakas rumah sakit. Alya memandang ranjang rawat Satya yang telah kosong, kemudian menatap selang infusan yang sudah tidak terpakai lagi.

Ia memejamkan matanya sejenak, bayangan wajah dan senyuman seorang Satya kembali terngiang dalam pikiran dan ingatannya. Alya benar-benar merindukan Satya.

Alya sangat tidak pernah menduga sama sekali, sosok yang selama ini ia anggap sebagai Malaikat nantinya akan benar-benar pergi menuju surga dan menjadi malaikat yang kekal disana.

Dan Alya tidak pernah menyangka, bahwa sosok Satya yang selama ini ia anggap kuat ternyata menyimpan rasa luka dan rasa sakit yang luar biasa dalam senyuman hangat yang selalu ia pancarkan diwajah pucatnya.

Kenapa Takdir harus sejahat ini? tidak membiarkan Alya memiliki orang yang ia sayangi untuk selamanya bisa berada disisinya.

"Alya,"

Suara dan panggilan seseorang terdengar dari arah belakangnya, dengan cepat Alya membalikan tubuhnya menatap kearah orang yang telah memanggil dirinya. Gadis itu mengulas senyuman.

Ia mendekat kearah orang itu, berdiri tepat dihadapannya.

"Jadi pergi hari ini?" Tanya Alya.

"Ayok."

"Udah izin sama dokter Budi?" Tanya gadis itu kembali.

Ya, dia sedang berbicara dengan sosok Satya. Lelaki yang masih duduk diatas kursi roda dihadapan Alya.

Satya memangguk, "udah, tapi nggak boleh terlalu lama."

Alya memangguk mengerti.

"Pakai dulu jaket lo." Titah gadis itu.

Dengan inisiatif yang gadis itu miliki, Alya mengambil jaket Satya yang ada di lemari ruang rawat ini. Setelahnya memberikan jaket itu pada Satya,

Setelah Satya memakai jaketnya, Alya mendorong kursi roda Satya untuk keluar dari ruangan dan rumah sakit ini. Keduanya berniat ingin pergi ke suatu tempat yang sudah lama sekali tidak mereka kunjungi bersama.

Satya sudah diberi izin untuk keluar dari rumah sakit tapi dengan syarat tidak boleh lama. Sebenarnya dokter Budi agak keberatan saat mengizinkan Satya untuk keluar dari rumah sakit karena mengetahui kondisi Satya yang benar-benar sudah tidak memungkinkan lagi untuk bertemu dengan dunia luar selain rumah sakit, tapi atas permintaan yang Satya mau, mau--tidak mau dokter Budi harus menurutinya. Dokter Budi tau, ini adalah permintaan terakhir Satya.

[✓] Satya dan 67 hariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang