03: perasaan iba

47.5K 7.2K 812
                                    

**§**

-Satya dan 67 hari-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Satya dan 67 hari-

****

"Anak nggak berguna! bisanya cuma nyusahin!"

Plak!

Satu pukulan keras tepat mengenai bahu Alya, Romy dengan tega memukuli anak gadisnya dengan sebuah rotan kayu ditangannya yang kalau dilihat ukurannya lumayan besar, rasanya jika mengenai kulit tubuh akan terasa begitu perih.

Berkali-kali Alya kembali merasakan rasa sakit itu kembali tanpa ampun yang diperbuat ayahnya lagi.

Alya hanya dapat meringis kesakitan sambil meminta ampun pada ayahnya itu. Pukulan terus menerus tidak ada ampun yang ayahnya berikan kepada Alya, gadis itu hanya dapat menangis merasakan sakitnya tubuhnya yang begitu luar biasa. Suara tangisannya seakan tak digubris oleh ayahnya.

"A-ampun, ayah...sakit, hiks..." Lirih Alya, tubuhnya sudah dipenuhi oleh sabetan dan beberapa memar lainnya.

Padahal, bekas pukulan yang kemarin saja belum hilang kini sudah ditambah dengan yang baru, Malang sekali.

Seorang pembantu setia keluarga ini sering mendengar suara tangisan Alya dan siksaan dari ayahnya hanya bisa diam, ia tidak bisa apa-apa. Pembantu disana juga merasa kasihan pada Alya, dan ingin sekali menolongnya. Tapi mau bagaimana lagi, jika ia menolong gadis itu, maka pekerjaannya yang akan jadi korban.

"Kemana aja kamu semalaman, hah?" Bentak Romy bertanya.

Alya terdiam, ia tidak bisa menjawab karena suara isakan tangisnya sendiri, gadis itu berusaha menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ingin menjawab saja rasanya sulit, hati dan tubuhnya terasa mati rasa.

Merasa jawabannya tidak dijawab oleh putrinya, Romy menangkup dengan kasar dagu Alya, membuat gadis malang yang sudah berantakan itu menatap mata sang ayah dengan terpaksa.

"Jawab! Kamu punya mulut 'kan?" Sargah Romy, dengan kasar ia menghempaskan dagu Alya.

"A-alya mau ketemu ibu." Jawab Alya gemetar.

"Bodoh! Cinta udah mati! Ibu kamu udah mati, Alya!" Sarkas Romy menaikan nada suaranya.

Mata Romy terbuka sempurna sambil terus mencapaki anak gadisnya dengan nada suara yang begitu keras. Urat-urat dilehernya membuat penampakan pria itu begitu menyeramkan.

"Alya, tau. Makanya Alya pengen ikut sama ibu." Saut Alya memberanikan diri.

Romy memejamkan matanya, berusaha mengatur napas dan emosinya. Sungguh, menurut Romy, gadis ini sangat menyebalkan, selalu merengek untuk meminta bertemu dengan almarhumah sang ibu. Tak ada bedanya dengan ibunya, benar-benar keduanya sangat menyusahkan hidupnya.

[✓] Satya dan 67 hariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang