Alita menyibak kembali tirai UGD klinik tempat Bayu di tempatkan, ia langsung duduk di kursi yang kosong dengan wajah
kentara sekali menahan kekesalan."Loh, kamu udah balik kesini, Olive sama siapa?" Tanya Anggita bingung.
Alita mendelik tak acuh "ada papanya datang"
Anggita mengangguk dengan segera "oh pak Indra sudah sampai"
"Teteh ke belangkar Olive dulu kalau gitu, kamu tolong temenin dulu Bayu"
"Ngapain si teteh terus minta maaf? musibah kan tak kuasa untuk kita tolak dan kita hindari" katanya penuh dengan emosi.
Anggita menyentuh bahu Alita dengan sabar, perubahan wajah adiknya entah kenapa mendadak seperti orang yang tengah menahan emosi padahal sewaktu datang menghampiri Bayu, wajah Alita dalam keadaan panik.
"Hush gak boleh gitu, teteh merasa bersalah sekaligus tidak enak sama pak Indra apalagi sama ibu Indira, omanya Olive. Beliau menitipkan cucunya pagi tadi kepada teteh sebab beliau ada keperluan lain dulu, teteh merasa lalai dalam menjalani amanah beliau yang dititipkan cucunya sama teteh makanya teteh mau minta maaf"
Alita mengangakat bahu "Yaudah, terserah"
Anggita mengangguk sambil mengusap kembali bahu adiknya dengan sabar, lantas ia keluar dari tirai tempat Bayu dibaringkan menuju tirai Olive. ketika Anggita hendak menyibak tirai Bayu, ia dikejutkan dengan sosok Indra yang tengah berdiri disana sambil menggendong Olive.
"Eh, pak Indra" ucap Anggita canggung sambil mundur dua langkah mempersilahkan Indra masuk.
"Olive ajak saya untuk lihat temannya" seolah mengerti akan sikap gurunya Olivia, ia langsung utarakan niatnya menghampiri belangkar Bayu.
Anggita mengangguk, ia bahkan mempersilahkan Indra hampiri belangkar putranya namun kedua matanya tidak sengaja menangkap tatapan Indra kepada Alita yang saling tatap dalam diam, Indra menatap Alita tanpa tahu apa maknanya juga Alita yang menatap Indra penuh amarah juga kebencian.
"Bayu salim nak sama papanya Olive" Anggita menduga pasti telah terjadi sesuatu pada keduanya yang belum ia ketahui, namun ia tidak mau memperkeruh suasana dengan situasi aneh seperti saat ini, Anggita segera mengalihkan perhatian Indra juga Alita kepada Bayu agar menyalimi ayahnya Olivia.
Bayu mengangguk sembari berusaha bangun dari rebahannya meskipun sedikit nyeri dibagian tangan kirinya yang patah namun sudah dokter balut dan di selipkan pada bahunya dengan kain.
"Gak papa nak, kamu tiduran aja" cegah Indra segera dituruti anak laki-laki itu.
"Bayu minta maaf, Bayu tidak tahu akan jatuh kena Olive padahal bayu mau ambilkan jambu untuk Olive juga untuk Queen sama Kai" jelasnya takut-takut.
Indra mengangguk memaklumi, ia juga mengerti dan tahu bahwa manusia mana atau anak mana yang mau celaka kalau bukan sudah musibah yang tidak bisa kita hindari.
"Tidak apa-apa nak, namanya juga kecelakaan" ucap Indra pada Bayu.
"Cepet sembuh tangannya ya" tidak lupa ia semangati dan usap kepala anak laki-laki itu dengan tulus, jiwa kebapaannya selalu muncul setiap ia menemui anak-anak apalagi anak itu seumuran putrinya, pasti sifat penyayangnya muncul begitu saja.
"Lain kali Bayu hati-hati, kalau mau naik pohon kembali, injak dahannya yang kuat yang tebal juga, jangan yang tipis, nanti Bayu bisa jatuh lagi"
Bayu mengangguk patuh membuat senyum tipis Indra terbit di sudut bibirnya.
"Anak pintar"
"Terima kasih pak Indra" jawab Anggita mewakili, Anggita mengira Indra akan memarahi anaknya sudah melukai Olive. namun ia salah, ternyata ayah Olive orang yang bijak. Contoh abdi negara yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemenang Hati
Romance"Jika kamu masih tidak nyaman dan merasa keberatan menikah dengan saya, saya tidak akan memaksa kamu lagi" "Maksudnya?" "Saya tidak akan memaksa kamu lagi untuk hidup bersama saya" "Maksud mas, kita berpisah aja gitu?" "Saya meminta dan menikahi...