Alita terbangun dari tidurnya begitu mendengar suara adzan subuh berkumandang. Alita manahan nafas begitu bangun dari tidurnya. Ini bukan kamar Alita dan dimana Alita semalam?
Alita semakin panik apalagi saat menyadari ada sesuatu yang memeluk perutnya. Takut-takut, Alita mencoba memutar pandangannya ke samping diikuti hembusan nafas leganya begitu mengetahui sesuatu yang melimgkar pada perutnya adalah tangan Olivia.Alita menyunggingkan seulas senyum memperhatikan wajah putri kecilnya saat tidur. Terlihat lucu dan damai sekali. Tangan Alita tergerak menuju dahi Olive lalu Alita rapihkan poni Olive ke pinggir diikuti usapan sayang pucuk rambut Olivia.
Alita turun dari tempat tidur Olive dengan hati-hati, ia takut membangun Olive yang masih terlihat nyenyak dalam tidurnya. Alita pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan solat subuhnya namun Alita segera menepuk jidatnya begitu menyadari mukenanya masih ada dalam koper dan koper itu ada di kamarnya Indra.
Pria itu.
Alita kembali mengingat Indra yang resmi menjadi suaminya kemarin. Semalam Alita tinggalkan Indra yang tengah mandi ke kamar Olivia. Alita belum siap terjebak dalam satu ruangan di waktu yang lama apalagi bersama Indra. Meskipun mereka sudah sah di mata agama maupun negara tetap saja Alita masih ingin menjaga jarak dengannya. Alita masih merasa bersalah kepada Abimanyu. Ia telah mengingkari janjinya untuk menunggu Abimanyu yang nyatanya malah memilih Indra untuk menjadi suaminya.
"Pak Indra" Alita ketuk pintu kamar Indra dua kali.
"Bapak sudah bangun?" Tanyanya pelan-pelan, takut mertuanya juga bangun meskipun kamar Indira letaknya gak jauh dari kamar Indra dan Olivia.
Ceklek
Indra membuka pintu kamarnya dengan kesadaran yang belum terkumpul semua.
"Ya, kenapa?" Tanyanya sambil mengucek kedua matanya.
"Alita mau ambil mukena di koper, bolehkan Alita masuk?" Izin Alita membuat pintu kamar Indra terbuka lebar.
"Ambil saja" kata Indra sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandinya.
"Tunggu saya, kita solat subuh berjamaah" suruh Indra segera ditolak Alita.
"Masing-masing aja pak" tolaknya membuat Indra memutar tubuhnya untuk melihat Alita.
"Sebesar itukah kamu benci terhadap saya?" Tanya Indra.
Alita merutuki kebodohannya. Kenapa sih ia tidak berpikir dulu kalau bicara.
"Anu pak, bukan gitu.." Alita bingung sendiri hendak jawab apa.
"Boleh beritahu saya dimana letak kesalahan saya pada kamu? Agar saya tahu dan belajar untuk tidak mengulanginya" pinta Indra segera mendapatkan gelengan kepala Alita.
"Emm.. enggak pak" katanya.
Indra menghembuskan nafas kasarnya "ya sudah kalau kamu tidak mau, kamu boleh solat lebih dulu. jika kamu ingin leluasa dan merasa nyaman tanpa saya kamu bisa kembali ke kamar Olivia" tuturnya.
Alita menundukan kepalanya sambil memohon ampun kepada sang pencipta beberapa kali telah membuat Indra kecewa tapi sisi lain Alita masih ingin Abimanyu yang bertahta di hatinya bukan Indra yang dipaksa menjadi suaminya kini.
"Dan satu lagi, mulai sekarang belajar panggil saya dengan benar. Saya bukan bapak kamu Alita, berhenti panggil saya dengan sebutan itu" lanjutnya sebelum Indra menutup pintu kamar mandinya.
***
Usai melaksanakan solat subuh di kamar Olivia, Alita menahan diri untuk tidak keluar kamar. Alita buka tirai kaca kamar Olivia lalu menarik nafas dalam-dalam lalu menghembusknya beberapa kali sebelum terhanyut ke dalam lamunannya dipagi hari dengan kedua mata yang menatap lurus ke taman belakang rumah Indra.
![](https://img.wattpad.com/cover/278769166-288-k614873.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemenang Hati
Romance"Jika kamu masih tidak nyaman dan merasa keberatan menikah dengan saya, saya tidak akan memaksa kamu lagi" "Maksudnya?" "Saya tidak akan memaksa kamu lagi untuk hidup bersama saya" "Maksud mas, kita berpisah aja gitu?" "Saya meminta dan menikahi...