Pukul satu siang Alita tiba di klinik permata. Klinik yang berlokasi dekat dinas tempat bapaknya bekerja. Jantung Alita terasa mau copot begitu mendapatkan berita dari kakaknya terkait bapak yang masuk klinik akibat serangan jantung yang di alaminya.
Sepanjang perjalanan menuju klinik, tidak henti-hentinya Alita berdo'a untuk keselamatan juga kesembuhan bapak. Alita belum sanggup jika harus kehilangan bapaknya disaat dirinya belum sepenuhnya berbakti kepada orang tua tertutama kepada bapak yang telah banyak berjasa untuk Alita.
Bapak jangan cepet pergi.
Bapak harus sehat.
Alita belum jadi anak yang baik untuk bapak.
Bapak harus nikahin Alita seperti bapak nikahin teteh.
Bapak harus lihat Alita punya anak nantinya.
Langkah kaki Alita semakin cepat menuju UGD dengan ketakutan, hal buruk terus memenuhi pikirannya. Ia harus segera bertemu dengan bapak untuk memastikan kalau bapaknya masih baik-baik saja.
"Bapak huhuhu" Alita segera menghampiri blangkar Trisna dan memeluknya yang kini tengah istirahat setengah duduk ditemani Ibu juga kakaknya, Anggita.
"Udah. Udah. Bapak gak papa" Trisna menepuk-nepuk punggung Alita begitu Alita memeluknya dan menangis sesegukan.
Alita mendongakan wajahnya melihat Trisna "Alita takut"
Trisna hanya bisa tersenyum lemah "Bapak gak papa, bapak bersyukur masih ada yang nolongin bapak dan bawa bapak kesini sehingga bapak masih bisa lihat istri dan anak-anak bapak" tuturnya membuat Alita tertegun.
"Siapa?" Tanya Alita.
"Alhamdulillah, keluarga bapak sudah datang semua"
Trisna langsung tersenyum melihat lurus ke arah pintu begitu pintu terbuka bersamaan dengan suara berat mengalihkan perhatian Trisna diikuti Alita juga yang lainnya.
"Nak Indra yang sudah nolong bapak" jelas Trisna kepada semua keluarganya.
Alita mengedipkan kedua matanya beberapa kali, memastikan kalau pria yang kini dilihatnya adalah Indra. Pria yang akhir-akhir ini selalu muncul di hidupnya bahkan menjadi penolong ayahnya.
"Loh, bapak?" Panggil Alita masih belum percaya.
Indra menatap Alita sekilas lantas oerhatiannya ia arahkan krpada Trisna.
"Maaf ninggalin pak Trisna sebentar, saya barusan ketemu dokter. kata beliau pak Trisna harus rutin kontrol ke fasilitas kesehatan untuk memeriksa jantungnya, bapak Trisna juga harus banyak istirahat dan harus mengelola stressnya juga" tutur Indra.
Trisna menganggukan kepalanya "Iya. terima kasih telah banyak merepotkan nak Indra"
Indra tersenyum tipis diikuti gelengan kepalanya "Sudah tugas saya untuk membantu sesama"
Trisna ikut tersenyum kepada Indra "Iya"
"Berhubung keluarga bapak sudah datang, saya izin undur diri"
"Silahkan, nak Indra"
Indra kembali menganggukan kepalanya
"Semoga lekas sembuh pak, assalamualaikum" ucapnya diakhiri dengan salam sebagai penutup sebelum Indra pergi.
"Waalaikum salam" koor keluarga Trisna.
"Hati-hati di jalan pak Indra. Sekali lagi terima kasih sudah tolong ayah saya" kini giliran Anggita yang berbicara.
Indra tersenyum tipis "Sama-sama, bu"
"Salam buat Olivia dan keluarga" lanjutnya diangguki Indra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemenang Hati
Romance"Jika kamu masih tidak nyaman dan merasa keberatan menikah dengan saya, saya tidak akan memaksa kamu lagi" "Maksudnya?" "Saya tidak akan memaksa kamu lagi untuk hidup bersama saya" "Maksud mas, kita berpisah aja gitu?" "Saya meminta dan menikahi...