Sembilan belas

307 12 0
                                    

Alita bangkit dari tempat tidurnya begitu Indra keluar dari kamar mandi. Ia dekati Indra untuk meminta maaf atas ucapan yang telah kembali membuat Indra marah.

"Alita minta maaf mas" ucapnya mendekati Indra yang tengah berdiri sambil menggosok-gosokan rambutnya.

"Pakai kimonomu Alita!" Suruh Indra begitu melihat Alita hampirinya dalam keadaan tanpa busana padahal Indra sudah menyimpan kimono disampingnya.

"Tanggung. Mau mandi juga" jawab Alita menuju Indra hendak memeluknya namun segera Indra jauhi tubuh Alita.

"Mas marah banget ya sampai gak mau Alita peluk?" Tanya Alita hati-hati sekaligus merasa kecewa diabaikan Indra.

"Mas" panggil Alita kepada suaminya dengan kesal saat Indra tidak meresponnya.

"Asal berjanji untuk tidak bertanya macam-macam dan selalu berpikiran buruk tentang saya" tutur Indra membuat Alita hendak protes.

"Kamu bertanya seperti itu sama saja dengan menilai dan mengira saya sebagai laki-laki tidak benar, kalau kamu ingin tahu" lanjutnya membuat Alita terdiam sesaat.

"Kamu mau mandi atau berdiri seperti patung tetus?" Sindir Indra membuat Alita segera tersadar kembali.

"Mandiin" rajuk Alita siapa tahu Indra melunak dan gak marah-marah lagi kalau ia sedikit manja pada Indra.

"Kamu gak hanya mandi jika saya yang mandiin kamu. masih mau?" Tanya Indra membuat Alita cepat-cepat menggelengkan kepala.

Indra tertawa pelan "Yaudah sana, jangan minta yang macam-macam meskipun saya masih ada tenaga untuk itu" lanjutnya.

"Yaudahlah, salah Alita juga"

Alita melangkahkan kakinya dengan lemas menuju kamar mandinya dengan hati yang gusar karena Indra belum juga memaafkan kesalahannya.

"Saya gak marah sama kamu, Al. Kamu tenang saja" tutur Indra kembali membuat Alita memutar tubuhnya menghadap Indra.

"Beneran mas?" Tannyanya dengan senang.

Indra menganggukan kepalanya "Iya, beneran. Saya cuma merasa kesal sedikit tapi tidak apa-apa, mungkin jika saya jadi kamu akan berpikiran sama jika diungkitkan dengan masa lalu saya" jelasnya penuh penyesalan.

Alita hampiri Indra kembali. Kedua tangannya membelai pipi Indra dengan kedua mata menahan tangis setiap kali mendengar penyesalan Indra akan masa lalunya yang terlihat masih membebankan juga masih belenggu suaminya.

"Mas udah dong, bukannya mas Indra yang bilang kita tidak akan seperti sekarang jika tidak ada masa lalu?" Tutur Alita kepada Indra.

"Benar. Tapi kadang kala saya merasa malu dan merasa tidak pantas mendapatkan semua kebaikan dari Tuhan lewat kamu padahal Tuhan tahu saya orang paling brengsek yang membuat seseorang itu pergi" tutur Indra kembali membuat Alita semakin tidak kuasa menahan air matanya.

"Karna kamu orang baik, mas" bisik Alita.

Indra menggelengkan kepalanya tidak setuju. Indra merasa jauh dari kata itu.

"Jangan terus terjebak dalam masa lalu, ada Alita yang menjadi masa depanmu sekarang" tutur Alita hendak Indra protes namun kalah cepat dengan Alita.

"Jangan terus merasa tidak pantas dan terus merasa kotor mas, kamu tidak melakukan hal itu untuk kedua kalinya pada orang lain bahkan kamu berusaha memperbaiki diri dengan menjaganya selain melakukan pada seseorang yang sah untuk kamu" lanjut Alita membuat Indra mengangguk pelan. Apa yang Alita ucapkan memang benar adanya. Ia berusaha menahan diri dari jalan yang tidak benar disaat usianya terus bertambah dewasa dan lingkungan yang kadang tidak sejalan dengan hidupnya agar ia tidak terjebak dan terjatuh untuk kedua kalinya.

Pemenang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang