"Neng!"
"Ya ampun kirain aku gak bakal ketemu lagi sama kamu"
"Bilang sama aku, mana yang sakit?"
"Huhu... gak nyangka kalau kamu bakal ngerasain dan lihat bom secara langsung"
"Kamu gak amnesia kan? Atau ngerasain apa gitu setelah kena radiasi bom?"
"Ya ampun neng! Sini peluk lagi"
Tiba-tiba Qonita hampiri Alita di mejanya dengan rentetan pertanyaan juga pelukannya yang memeluk Alita berkali-kali.
"Sesak loh, buk. Dipeluk-peluk terus kayak gini" bisik Alita kepada Qonita, teman seangkatannya pada saat lulus CPNS tahun lalu namun umurnya berada dua tahun di atas Alita.
Qonita melepaskan pelukannya sambil nyengir tidak berdosa.
"Hehe maaf, masih panik plus gak nyangka aja temanku yang satu ini masih dalam keadaan baik" tuturnya.
Alita mengangguk.
"Iya, Alhamdulillah. Sempet gak nyangka masih bisa nafas normal dan hidup lagi kayak biasa setelah kemaren tiba-tiba sakit kepala plus pandangan aku yang mendadak gelap semua" tutur Alita membuat Qonita menghapus air matanya lantas memeluk Alita kembali.
"Ituloh yang aku takutin, aku takut kamu mati muda, belum kawin kan ngenes" katanya membuat Alita mendengus kesal.
"Ih dasar"
Qonita melepaskan pelukannya kembali sambil tertawa
"Hehe bercanda"
Alita kembali mendengus.
"Tau ah"
"Eh jangan ngambekan dong, kayak yang lagi PMS aja"
"Tau ah, pagi pagi udah bikin kesel aja. Bawa-bawa kawin lagi. Tau aku lagi snewen denger kata itu" Alita mulai merajuk seperti biasanya jika ada yang rusak susana hatinya.
"Yaudah maaf deh maaf" aku Qonita.
Alita hanya mengangkat bahu acuhnya.
"Cerita dong" pinta Qonita namun keinginananya harus tertunda saat bel masuk terdengar dari ruang piket.
"Yuk buk mulai kerja, bel udah bunyi" intrupsi Alita kepada Qonita.
"Tapi janji ya nanti cerita" pintanya.
"Gak janji. lagian gak penting" jawabnya Alita.
"Eh kok gitu, penting lah"
"Apanya coba?" Tanya Alita.
"Ya aku pengen tahu aja, pangeran berseragam coklat yang manakah yang udah nyelametin dan gendongin Alita kemaren yang katanya pingsan itu" katanya mengulang kembali percakapan mereka lewat pesan singkat.
"Ish, nyebelin banget sih ibu yang satu ini" ucap Alita.
"Salah sendiri kamu yang ngomong jadi aku kepo"
"Kepoan"
"Cepet lah neng, sekarang aja" rajuknya.
Alita menggeleng "gak tahu, beneran deh. Aku gak tahu siapa yang narik tangan aku dan gendong aku pas pingsan"
"Masa?" Tanyanya tidak percaya.
"Dia gak nungguin kamu gitu lalu berakhir dengan kenalan dan chattan?" Tanyanya.
"Enggak lah" jawab Alita.
"Masa?" Tanyanya lagi.
Alita mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemenang Hati
Lãng mạn"Jika kamu masih tidak nyaman dan merasa keberatan menikah dengan saya, saya tidak akan memaksa kamu lagi" "Maksudnya?" "Saya tidak akan memaksa kamu lagi untuk hidup bersama saya" "Maksud mas, kita berpisah aja gitu?" "Saya meminta dan menikahi...