Tujuh

205 10 0
                                    

Pukul setengah enam pagi, usai melaksanakan solat subuh juga membantu pekerjaan rumah, Indra langsung menuju kamar Olivia untuk membangunkannya. Indra dorong pintu kamar Olive pelan-pelan lantas setelah terbuka setengahnya, Indra derapkan kedua kakinya menuju ranjang tempat putrinya terlelap.

Indra duduk di pinggiran kasur Olivia. Sebelum membangunkan Olivia, Indra tatap sebentar wajah cantik putrinya yang terlelap. Kedua tangan Indra terulur menyentuh puncak rambut Olivia dan membelainya dengan sayang.

"I love you" Gumam Indra pelan. Betapa sayang dan cinta Indra kepada Olivia, anak semata wayangnya sekaligus titipan Bianca untuknya.

"Inikah alasan mama hadirkan kamu untuk papa?" Tanya Indra pelan.

Dulu Indra tidak habis pikir, kenapa Bianca bisa berpikiran sempit dan merencanakan hal yang menurutnya bodoh, sangat bodoh malahan. Lebih parahnya Indra, kenapa ia sangat bodoh dan tolol sekali terjebak dalam permainan liciknya. Setelah malam itu terjadi, hancur sudah hidup Indra. Indra yang saat itu ditugaskan di Jakarta langsung dimutasi ke Papua sebagai sanksi dari perbuatannya. Bukan hanya karir saja yang mempengaruhi hidupnya, Indra pun harus merasakan pahitnya ditinggalkan oleh seseorang yang baru dilamarnya malam itu. Tidak hanya itu, Indra juga harus menerima kebencian dari seluruh keluarganya. Pedih sekali hidup Indra jika harus ia jabarkan, Indra belum siap membuka luka lamanya setelah ia susah payah memperbaiki dan menata hidupnya kembali untuk tetap berdiri tegak hingga saat ini.

"Sebenarnya papa tidak ingin membuka luka lama, namun melihat kamu yang tumbuh baik dan sehat hingga saat ini  selalu mengingatkan dan membawa papa pada luka itu, nak" tutur Indra.

"Jika bukan karena kamu, papa tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya perjuangan mama mempertahankan kamu dan berjuang buat kamu agar kamu tetap tumbuh dengan sehat dan kuat" lanjutnya kembali.

"Mama mungkin sengaja hadirkan kamu selain sebagai penggantinya di keluarga kami, mungkin mama juga hadirkan kamu untuk mengingatkan papa akan kesalahan-kesalahan yang papa lakukan sama mama kamu"

"Mungkin dengan mama lahirkan kamu, kebencian juga cinta yang tidak pernah mama rasakan dari papa bisa melebur dengan hadirnya kamu dan hadirkan cinta baru untuk penerusnya"

Indra menganggukan kepalanya "dan mama kamu benar, nak"

"Saat papa melihat perjuangan mama kamu antara hidup dan matinya untuk lahirkan kamu, hati papa terketuk untuk menghargai dan melupakan semua yang terjadi dengan perjuangan mama kamu yang luar biasa. Namun sayang, papa terlambat untuk membalas semua itu" Indra mengusap pipinya dengan kasar menyadari sesuatu yang basah turun dari kedua matanya.

"Andai papa..." Tenggorokan Indra mendadak tercekat mengingat alasan Bianca dibalik itu semua.

"Dra, sudahlah" sebuah usapan halus kembali Indra rasakan dipundaknya tatkala Indra menyadari semua kesalahannya yang pernah Indra lakukan kepada Bianca.

"Indra masih belum bisa maafkan diri Indra, bu. Perjuangan Indra tidak ada apa-apanya dibandingkan Bianca yang telah banyak berkorban untuk Indra" akunya begitu menyadari siapa yang menyadari siapa yang mengusapnya.

Indira memeluk putra semata wayangnya. Dibalik Indra yang terlihat acuh terhadap kebahagian dirinya ada luka lama yang belum bisa damai dari hidupnya.

"Cukup nak. Semua perjuanganmu sampai saat ini lebih dari cukup. Bianca telah pergi ninggalin kita semua dan kamu telah berjuang untuk menjaga dan mencintai titipannya. Bianca pasti tersenyum bahagia karena kamu tidak menelantarkan Olivia begitu saja, malahan kamu sangat menjaga dan mencintainya" bisik Indira kepada Indra.

"Tapi kadang kala Indra..." selanya segera Indira potong.

"Cukup nak. Cukup untuk menyiksa diri kamu sendiri. Ibu menginginkan kamu berakhir bahagia dengan seseorang yang Tuhan ciptakan sebagai pengganti Bianca" tekannya kepada Indra.

Pemenang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang