Indra bangun begitu mendengar ponselnya berdering nyaring. Dengan mata yang masih berat menahan kantuk, Indra tetap memaksakan diri untuk bangun sambil menarik pelan-pelan kirinya yang menjadi bantalan kepala Alita lalu setelah tangannya bebas dari kepala Alita ia langsung bangkit menuju kursi malas dekat jendela tempat ponselnya ia letakan semalam setelah teralihkan fokusnya kepada sang istri.
Indra meraih ponselnya dengan segera lalu menempelkan di telinga kanannya yang langsung diambil alih juga didominasi Zaki dalam obrolan mereka sehingga Indra hanya berperan sebagai pendengar yang baik juga sesekali sebagai penasihat Zaki begitu Zaki minta pendapat juga sarannya.
"Terus ada lagi yang ganjel hati kamu, Zack?" Tanya Indra setelah kurang lebih tiga puluh menit mendengarkan curhatan hati Zaki pukul setengah empat
pagi sambil menahan kantuk."Siap, sudah diceritakan semuanya, Kapt. Hehe"
"Mohon izin telah berkenan ganggu waktu kapten pagi-pagi, silahkan istarahat kembali"
Indra menggelangkan kepalanya.
"Santai, Zack. Sekalian alarm menjelang subuh juga" balas Indra.
"Yasudah pikirkan dulu matang-matang. Saran saya, Ikuti kata hati kamu kapan kamu merasa siap supaya tidak ada kata terpaksa saat kamu jalani hubungan yang lebih jauh bersama Meta. Ingat Meta sudah saya anggap sebagai saudara sendiri, Meta salah satu orang yang disayang dan dekat dengan Olive. Jika kamu masih belum puas main-main dan masih suka goda-goda perempuan lain lebih baik lepaskan Meta untuk raih kebahagiaannya bersama laki-laki yang tepat untuk milikinya" tutur Indra.
"Dan laki-laki itu Zack, Kapt!" balasnya dengan cepat dan tegas.
Indra menganggukan kepalanya "Ya! Maka dari itu tunjukan padanya bahwa kamu bisa menjadi laki-laki terbaik untuknya" ujar Indra sambil memperhatikan seseorang yang kini masih tertidur pulas di tempat tidur.
"Ya, kapt. Mohon doa juga dukungannya"
"Tentu, Zack. Saya akan dukung kamu apapun itu selagi itu baik"
"Terima kasih. Kapt"
Indra segera menurunkan ponselnya dari telinga kanannya begitu obrolannya dengan Zaki berakhir. Indra kembali menaruh ponselnya di kursi malas lalu ia berjalan ke arah meja tempat ia lupa daratan semalam. Indra mengambi pakaian juga gaun tidurnya Alita yang tergelak begitu saja di bawah meja sambil tersenyum tipis begitu mengingat kejadian semalam. Mereka sama-sama dimabuk asmara semalam sehingga kegiatan suami istri mereka selalu berakhir panas dan berkelanjutan yang membuat mereka benar-benar bisa tertidur pukul dua belas malam setelah menahan diri hampir dua bulan lamanya.
Setelah mengambil pakaiannya juga pakaian milik Alita. Indra berjalan menuju tempat tidur untuk membenarkan selimut yang menutupi tubuh Alita terlebih dahulu. Indra takut Alita masuk angin setelah melihat setengah tubuh Alita yang terbuka sekaligus merasa terganggu melihat pemandangan terbuka yang selalu membuat matanya salah fokus.
"Mungkin mandi dengan air dingin menjadi solusi terbaik" gumam Indra begitu merasakan miliknya berdenyut. Indra laki-laki normal jadi wajar kalau ia merasa terganggu melihat penampilan istrinya yang selalu berhasil merobohkan benteng keimanan juga jiwa raga Indra untuk berbuat jauh.
Indra menutupi kembali tubuh Alita sampai atas dadanya sambil menahan nafas lantas ia buru-buru pergi menuju kamar mandi untuk jernihkan pikirannya sekaligus melakukan mandi wajib sebelum melaksanakan solat subuh nanti.
Sambil menunggu waktu subuh kurang lebih satu jam lagi, Indra memutuskan untuk berendam di bath up menggunakan air panas sekaligus untuk merelaksasikan otot-ototnya yang kaku setelah melakukan berbagai macam kegiatan juga kesibukan di lapangan juga di Porles juga perjalannya dari Solo setelah menghadiri pernikahan sepupunya yang melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemenang Hati
Romance"Jika kamu masih tidak nyaman dan merasa keberatan menikah dengan saya, saya tidak akan memaksa kamu lagi" "Maksudnya?" "Saya tidak akan memaksa kamu lagi untuk hidup bersama saya" "Maksud mas, kita berpisah aja gitu?" "Saya meminta dan menikahi...