Pagi itu rintik hujan menyapa kota Jakarta. Ah, Shafa rasanya tak ingin bangkit dari kasurnya yang terasa lebih hangat sepuluh kali lipat. Gadis itu berusaha menarik selimut yang hanya menutupi pinggangnya. Shafa berusaha menggapai kain itu tetapi ia malah menemukan betis lain yang meninpa pahanya.
Apa ini? Betisnya menimpa pahanya sendiri? Tapi bagaimana mungkin? Kemudian dengan mata yang masih tertutup rapat Shafa meraba betis yang terasa keras itu. Penuh bulu dan terasa sangat kekar.
"Ya Allah, apa gue ketempelan ya?" cicitnya pelan sebelum perlahan Shafa memberanikan diri membuka kedua matanya yang masih terasa lengket. Shafa mengangguk pasti, betis itu bukan miliknya. Jadi dengan kasar Shafa mengangkat kaki itu dan melemparnya ke samping sambil berteriak, "Allahuakbar!"
"YANG!" Shafa tertegun, ia pasti sudah banyak berbuat dosa hingga setan saja tidak ada takut-takutnya. Gadis itu menoleh cepat dan yang ia dapati justru membuat jantungnya berdetak lebih kencang lagi, berlomba-lomba mengintip sosok yang Shafa lihat pagi itu.
Di sampingnya seorang lelaki yang tadinya tengah tertidur pulas. Lelaki yang paling handal untuk urusan menguji kesabarannya, siapa lagi kalau bukan seorang Primaraka. Tapi yang membuat Shafa kaget setengah mati, Pak Prima ada disampingnya dengan bertelanjang dada. Shafa dapat dengan jelas bagaimana dada lelaki itu terlihat bidang saat tidur menyamping. Bagaimana perut lelaki itu yang tercetak sangat indah. Tunggu, lalu Shafa?
"Anjing!" pekiknya. Kemudian Shafa mengangkat selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya dengan tangan gemetaran. Cara bicara Shafa memang sedikit kasar. Namun ia juga seorang perempuan yang ingin mempertahankan kesuciannya. Gila! Shafa bisa gila jika begini. Shafa tidak mungkin jadi korban one night stand seperti kisah kisah dewasa yang ia baca 'kan?
"Apasih yang?" Prima ikut bangun dari tidurnya, lelaki itu menjangkau lampu tidur dan menghidupkannya.
"Pak Prima jauh-jauh! Jangan sentuh saya pak!"
"Yang ...."
"Aduh kalau sampai orang tua saya tahu, saya pasti langsung dimutilasi pak."
"Yang ...."
"Apasih pak, yang yong yang yong!" Prima melebarkan kedua matanya tak percaya saat suara Shafa yang meninggi begitu saja. Lelaki itu kemudian langsung mengambil sikap, dengan satu tangan saja tubuh Shafa yang tadinya bergerak gelisah disamping tempat tidur kembali terduduk di sampingnya.
Shafa menundukkan kepala saat Prima asik menggenggam telapak tangannya. Lelaki itu menghela nafasnya sejenak lalu berkata, "Kamu marah karena aku suruh tidur duluan semalam?" Shafa mengerutkan keningnya lalu menggeleng pasti.
"Terus ngomongnya kenapa gitu? Ga sopan loh sama suami sendiri bicaranya gitu," ujar Pak Prima dengan suara terlembut yang pernah Shafa dengar.
"Hah?"
<<<<<<<<<>>>>>>>>>
Shafa clueless sama hidupnya sendiri. Otak kecilnya sepertinya sedang mandet hingga ia tidak dapat memikirkan apapun saat ini. Shafa mirip abang-abang pinggir jalan yang abis minum miras. Parahnya lagi yang diminum itu miras oplosan yang harganya nggak lebih mahal dari sunscreen Shafa.
Gadis itu beranjak dari ranjangnya ketika pintu kamar itu diketuk. Shafa membenarkan ikatan rambutnya sebentar sebelum membukakan pintu untuk seorang wanita paru baya yang sudah lengkap dengan celemek kesayangannya.
"Selamat pagi mantu kesanyangan bunda!" Shafa bergerak mundur saat tubuh wanita yang lebih tua itu melangkah maju untuk memeluknya. Tubuhnya tak bisa banyak bergerak karena pelukan yang erat itu sehingga saat Prima keluar dari kamar mandi dengan celana pendek dan kaos putihnya Shafa hanya dapat melirik sedikit kearahnya.
"Ehm, bunda siapa ya?" tanya Shafa hati-hati. Gadis itu kemudian merasakan tubuhnya dilepaskan begitu saja. Matanya membalas tatapan tajam Prima takut-takut hari itu. Selain Prima wanita paru baya di depannya pun ikut memberikan tatapan aneh, wanita yang kemungkinan besar adalah ibunya Prima itu kemudian meletakkan punggung tangannya di dahi Shafa.
"Ngambeknya ke aku aja. Jangan ke Bunda," ujar Prima dengan nada yang dingin dan menohok. Kemudian lelaki itu pergi keluar kamar, meninggalkan Shafa dan ibunya di dalam kamarnya sendiri.
"Primaraka, kamu apain mantu bunda?" Tangan Shafa ditarik keluar mengikuti si wanita paru baya itu. Tubuhnya kemudian didudukkan di samping Prima yang tengah asik menikmati sepiring nasi gorengnya.
"Dih, mana Prima tau bun. Dari pagi juga udah gitu anaknya, tanya sendiri aja sama mantu bunda satu satunya itu," balas Prima tak kalah nyolot.
"Hah?" Shafa benar-benar mau menenggelamkan diri saja kalau begini ceritanya. Pagi ini dia bahkan tidak bisa mengenali dirinya sendiri. Shafa agaknya sedang di imigrasikan ke universe lain oleh Sang Pencipta.
Suara Microwave mengalihkan perhatian orang-orang yang berada di ruang makan pagi itu. Wanita yang Prima sebut bunda itu berlari kecil ke arah dapur dan mengeluarkan sebuah kotak berisi donat dari dalam sana. Shafa hampir memekik kesenangan, itu miliknya! Donat tiramisu itu pasti miliknya! Dan benar saja donat itu kini tersaji di hadapannya, bunda duduk di sampingnya sambil berkata, "Itu donat Shafa kemarin, cepetan dihabisin."
Shafa punya banyak harapan saat menggigit ujung donat rasa tiramisu itu. Dia berharap akan pulang kedunianya yang sebenarnya atau paling tidak ia diberitahu skenario dan jati dirinya di universenya saat ini. Cling! Tebakannya benar, pagi itu ruang makan berubah menjadi sebuah ruangan bercat putih gading dengan seorang nenek-nenek yang berdiri di hadapannya.
"Gimana? Enak donatnya? Dunia barunya juga enak'kan?"
"Hah?" Tolong jangan hitung berapa kali sudah Shafa mengucapkan kata itu. Otaknya sedang mogok kerja.
"Selamat datang di dunia barumu Shafa. Di dunia ini, kamu adalah seorang owner bisnis masker wajah dengan omset lebih dari 10 juta setiap bulannya. Di dunia ini, kamu adalah istri dari seorang dosen fakultas teknik, Primaraka Aksero. Di dunia ini, kamu adalah seorang menantu kesayangan yang selalu dibanggakan ke teman-teman arisan mertuamu. Di dunia ini semua orang sangat mencintaimu terutama Primaraka. Bagaimana? Mirip'kan seperti yang kamu tulis di jurnal kehidupan?"
"Hah?"
"Hah, heh, hah, hoh, memangnya kamu keong spiderman anak sd apa?" Shafa tergelak hebat, wanita itu memukuli meja di hadapannya sambil memegang peritnya yang sakit karena tertawa terlalu banyak. "Udah gila nih anak."
Nenek itu menghela nafas berat sebelum memilih untuk melangkah pergi. Sebelum ia meninggalkan Shafa gadis itu terlebih dahulu menarik lengan tuanya sambil berkata, "Apa aku bisa pulang ke duniaku sebelumnya? Bagaimana caranya?"
"Tentu. Kamu akan kembali saat hatimu tidak lagi menginginkan semua ini. Kamu akan terbangun di tempat tidur yang sama sebelum kamu pindah ke dunia ini jika dari dalam hatimu kamu menyesali keputusan untuk tinggal di dunia ini."
"Lah, kok nyesal? Enggak lah." Shafa melanjutkan gigitannya pada donat tiramisu yang ada di tangan kanannya dan cling! Dunianya kembali dimulai, di hadapannya ada Primaraka dosen paling ngeselin yang kini merangkap jadi suami bucinnya.
"Terima kasih ya Allah. Hitung-hitung trial hidup bahagia kalau gini mah," gumamnya dalam hati sambil tersenyum tipis ke arah Prima dan Bunda mertuanya.
Medan,31072021
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIMADONAT |Mark lee|
RomansaAwalnya Shafa cuma iseng nulis nama Prima, dosen muda di fakultasnya yang terkenal killer, di sebuah jurnal yang ia dapatkan sebagai hadiah dari pembelian donat seharaga 25k perbiji. Namun, Shafa harus cosplay jadi abang-abang yang habis minum miras...