19

2.8K 447 55
                                    

*Ges. Nanti aku mau ngasih catatan penting di bawah. Jangan diskip ya!

Jangan lupa spam vote dan komennya! Terimakasii♥️

Jangan lupa spam vote dan komennya! Terimakasii♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Happy Reading!!!

Jenovan menggulirkan kedua bola matanya ke seluruh penjuru sembari melangkah cepat di koridor.

Lelaki itu mencari Athena dengan perasaan panik. Dia melihat dengan jelas bagaimana Baron menendang tangan gadis itu saat di kantin.

Jenovan masih melangkah cepat, hingga pandangannya berhenti di satu titik sejauh tiga meter di depannya. Athena berdiri di sana, dengan posisi membelakanginya.

"Na!"

Athena spontan menoleh ketika mendengar suara yang tak asing memanggil namanya.

"Na, kamu nggak apa-apa?" tanya lelaki itu panik sembari memegang kedua tangan Athena.

Kedua mata Jenovan menelisik cemas ke arah tangan Athena. Ada satu goresan, lumayan dalam di jari telunjuk gadis itu.

"Maaf," suara Athena pelan.

Jenovan mendongak. Memandang ke arah kedua sorot mata dengan rasa bersalah dari gadis di depannya.

Jenovan tak mengerti kenapa gadis itu meminta maaf, lantas merunduk. Mengecek kedu lutut Athena yang terlihat membiru dengan goresan merah di atasnya.

Helaan napas keluar dari mulut Jenovan, "kakimu luka."

"Aku ga apa-apa Jenovan."

Jenovan mendongak cepat, terdiam sebentar lalu berdiri sembari menatap gadis itu dengan kerutan samar di dahinya.

"Nggak apa-apa kamu bilang?" suara Jenovan pelan, terdengar tak habis pikir. "Kamu pikir Baron bakal berenti kalau tadi nggak ada aku?"

"Kamu pikir kamu bakal baik-baik aja kalau aku nggak datang?" ulang Jenovan dengan nada kesal.

Oh, jangan salah sangka. Jenovan sedang kesal dengan Baron sekarang. Hanya saja tanpa sadar lelaki itu melampiaskannya kepada Athena.

Athena menggeleng pelan dengan kepala sedikit tertunduk. Dia kembali takut karena Jenovan menggunakan nada tingginya lagi. Jujur, wajah tegas Jenovan selalu membuat nyalinya menciut ketika lelaki itu marah.

"Kamu kenapa bisa bermasalah lagi sama Baron?" dahi Jenovan mengernyit.

"Aku nggak tau," cicit Athena pelan.

Tapi Athena benar. Dia tidak tahu kenapa Baron selalu mengganggunya. Jika memang karena masalah yang kemarin, kenapa Baron tidak marah kepadanya saat di kelas saja? Bukankah itu sangat terlihat bahwa Baron sengaja mempermalukannya di depan umum?

SIRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang