29

2.6K 439 32
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Jangan lupa setel multimedia di atas sebagai backsound ya ^^

Happy Reading!!!

Jenovan Arka Rivandra. Nama itu selalu berputar di dalam kepala Athena. Gadis itu tidak bisa berhenti memikirkan Jenovan. Suara helaan napas yang begitu ringan terdengar samar. Athena semakin mengeratkan pelukannya pada kedua kaki, menaruh dagu di atas lutut.

Kedua manik coklat muda gadis itu tampak bersinar, memantulkan cahaya sang surya yang sebentar lagi akan bertukar posisi dengan sang rembulan. Athena memejamkan kedua matanya saat angin semilir membelai wajahnya lembut. Menerbangkan helaian rambut panjangnya. Suara deburan ombak yang saling bersahutan membuat hatinya merasa sedikit lebih tenang.

Memori di mana pertama kali Athena melihat Jenovan terputar kembali secara otomatis. Saat itu Athena masih begitu muda dan tidak terlalu memikirkan resiko dari segala perbuatan yang ia lakukan. Athena sama sekali belum mengerti apa itu perasaan cinta ataupun semacamnya.

Saat itu yang Athena rasakan hanyalah sebuah rasa penasarannya kepada manusia. Dan manusia yang berhasil menarik perhatiannya adalah Jenovan. Anak lelaki yang suka bermain papan selancar, meskipun di awal lelaki itu selalu gagal. Dan Athena tidak bisa menahan tawanya ketika lelaki itu memasang ekspresi sebal karena terjatuh beberapa kali dari atas papan selancar. Itu menggemaskan dan lucu di waktu yang bersamaan.

Dan yah, lama-kelamaan wajah tampan lelaki itu selalu melintas di dalam benaknya. Bahkan sebelum gadis itu akan memejamkan mata untuk tidur, wajah Jenovan yang sedang tersenyum manis selalu terbayang-bayang. Mulai dari situ, hati Athena mengharapkan sesuatu yang lebih. Bukan hanya menganggumi pahatan wajah Jenovan yang sempurna itu dari kejauhan. Dia tidak tahu pada akhirnya akan menjadi sejauh ini.

Perlahan, bibir Athena mengembang membentuk senyuman tipis yang begitu samar. Jika dipikir-pikir lagi, sebenarnya dia cukup berani atau mungkin lebih tepatnya adalah nekat. Kemudian senyumnya memudar ketika ia kembali membuka mata. Seperti sedang dihadapkan oleh kenyataan pahit. Di depan sana adalah dunianya yang sebenarnya, bukan di sini, di daratan.

SIRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang