PART : XXXVII

1K 94 0
                                    

"Merindukanku?"

Baekhyun tidak menjawab, terlalu malas. Kemarahan yang dia tahan sedari kemarin-kemarin mendadak memuncak saat melihat wajah Sehun.

"Kau bahkan tak mempersilahkan aku untuk duduk." Sehun langsung duduk begitu saja, menunggu Baekhyun yang masih terdiam di depan pintu.

"Baekhyun, kemarilah, ada apa denganmu?" Baekhyun yang mendapat bujukan itu hanya diam, menatap Sehun dengan tajam, sekali lagi itu membuat Sehun bingung.

"Sehun," Panggilnya pelan. Baekhyun menarik napas dalam, sepertinya emosi tidak akan pernah benar jika itu berurusan dengan Sehun. Baekhyun berjalan mendekati Sehun, duduk di sampingnya, masih menyisakan jarak di antara keduanya.

"Tujuanmu apa?" Baekhyun mengusap tangan Sehun yang menggenggam tangannya."Tujuanmu menyembunyikan semua padaku apa?"

Sehun yang mendengar itu mengerutkan keningnya, masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini. "Maksudmu apa?" tanyanya bingung.

"Masa laluku, kau menyembunyikan masa laluku," gumam Baekhyun.

"Tentangmu dan Luhan, tentangku, dan lainnya." Baekhyun melepaskan tangan Sehun, menjilat bibirnya, dan meremas kedua tangannya. "A-aku tidak mengerti, kita hanya masa lalu Sehun, tak seharusnya kau melalukan ini padaku, terlebih kau saudaraku sendiri."

Sehun menatap nanar pada Baekhyun, jadi Baekhyun sudah tahu, tapi dari siapa. Dia sudah selama ini menyembunyikannya, seapik mungkin menyimpan masa lalu lelaki itu.

"A-aku tidak, tidak ada rahasia," elaknya.

"Sehun, aku sudah ingat, aku bahkan ingat bagaimana kita berakhir dan aku menikah dengan seorang perempuan saat itu, aku mengingat semua."

"Aku bahkan ingat, saat kau berselingkuh dengan Luhan, saat kau bercumbu dengannya, ataupun saat kau memilihnya di bandingkan aku, aku ingat semua."

Baekhyun tak bisa menahan air matanya, semua sangat menyakitkan, menyakitkan untuk mendiskusikan ini. Membicarakannya lagi, seolah mengingatkan pada dirinya sendiri, bahwa dia hanya manusia terbuang, dan tak ada yang menginginkannya.

"Baekhyun, itu hanya masa lalu, masa lalu ada untuk di lupakan, kini aku disini, aku memilihmu." Sehun tubuh mungil itu, berusaha menenangkannya dengan sebuah pelukan, jika dulu itu akan ampuh maka sekarang tidak, karena pelukan itu kini bukan lagi milik Baekhyun.

"Tidak," tolaknya. Tangannya mendorong dada Sehun dengan pelan, "Kita sudah berakhir sejak lama, sekarang, itu hanya rasa bersalahmu Sehun."

"Kau salah, ini bukan rasa bersalah, ini cinta." Sehun menahan tangan Baekhyun yang sedari tadi mendorongnya, dan menggenggamnya dengan erat.

"Kau yang salah," lirihnya.

"Aku tak akan membencimu Sehun, kita adalah saudara dan selamanya aku akan menyayangimu. Kau sudah seperti adikku."

"Perbuatanmu seperti ini tidak benar," Baekhyun sejujurnya ingin memukul wajah Sehun untuk melampiaskan amarahnya, tapi tidak. Dia tidak akan melakukan itu pada adiknya. "Seseorang menungguku, tanpa tahu aku masih hidup atau tidak."

"Dua tahun dia menungguku tanpa kepastian, sedangkan aku disini baik-baik saja." lanjutnya. Baekhyun terkekeh pedih, menahan sedihnya tapi tidak bisa. Baekhyun membayangkan bagaimana kondisi Chanyeol, lelaki itu pasti mendapat banyak kesakitan selama ini.

"A-aku yang membuatnya terjebak dalam kondisi itu, lalu aku pergi begitu saja."

"Betapa tidak tahu dirinya aku." Baekhyun menutup matanya dengan berat, napasnya juga terengah. Membayangkan dua tahun yang Chanyeol lewati, pasti sangat berat.

Kehilangan Ibunya, istrinya terlebih itu karena dia sendiri, lalu kehilangan orang yang di cintainya. Seharusnya Baekhyun disana, menyemangati Chanyeol bukan menghilang begitu lama.

Hanya dia yang dia Chanyeol punya, hanya dia yang Chanyeol tunggu selama ini.

"Aku sudah memaafkanmu Sehun," katanya.

Dan sekarang aku harus meminta maaf pada Chanyeol, aku harap Chanyeol masih berharap padaku. Dan menerimaku lagi.

Soal perselingkuhan itu, Baekhyun tidak akan mengungkitnya. Chanyeol berhak bahagia, dan jika saat itu bisa membuat Chanyeol bahagia Baekhyun tak apa.

Bahkan jika Chanyeol melakukannya lagi saat mereka sudah bersama, Baekhyun juga akan berusaha tidak apa-apa. Apapun akan Baekhyun lakukan untuk menembus semua kesalahannya.

"Sehun, aku ingin pulang." Dia menatap langit biru dari jendela rumahnya, begitu cerah, seperti suasana hatinya sekarang. "Sekarang."

"Ini rumahmu," gumam Sehun bingung. Kini Sehun merasa tenang, mungkin Baekhyun benar, selama ini dia di butakan oleh rasa bersalahnya sampai mengabaikan Luhan sedemikian rupa.

"Tidak, rumahku di korea, bukan disini."

"Tapi sekarang sudah malam, sebaiknya kau tidur dulu—" Baekhyun menatap Sehun dengan tajam. "—Aku baru saja sampai, tidakkah kau kasihan padaku, aku masih lelah."

"Tidakkah kau kasihan padaku?"

"kami bahkan sudah lelah saling merindukan Sehun," lanjutnya.

Aku merindukannya.

...

Ketukan pintu begitu memekakkan telinga, membuat Chanyeol bangun dari tidurnya. Siapa gerangan yang mengganggu orang malam-malam. Ini bahkan baru pukul 4 pagi, Chanyeol masih mengantuk sejujurnya. Hari bahkan masih gelap, ayam saja belum bangun.

Chanyeol bergegas mencuci mukanya dan menggosok giginya dengan cepat. Dia tahu, dia bukan manusia wangi saat pagi hari. Jika bukan Jongin, ini mungkin Kyungsoo.

"Iya, sebentar," teriaknya dari dalam. "Ya, ampun tidak sabaran sekali," gumamnya pelan.

"Siapa?"

Saat Chanyeol membuka pintu, Chanyeol tidak lagi perlu bertanya siapa yang bertamu begitu tidak sopannya.

"Pasti ini mimpi," katanya untuk dirinya sendiri, dia bersiap menutup pintu, tapi tangan lembut dan lentik itu segera menahan tangannya.

"Apa aku tidak di terima disini?" tanya Baekhyun takut-takut.

Chanyeol membulatkan matanya, ini bukan mimpi, Baekhyun benar-benar ada di depannya.

Lelaki mungil itu menggunakan pakaian hangat, bibirnya berwarna biru mungkin karena kedinginan, jangan lupa koper yang ada di tangannya.

"Baekhyun!"

To Be Continue

Tralala, ciee ketemu.
Udah ketemu gini enaknya apa ya🌚

Papa Mertua | CHANBAEK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang