PART : XXII

1.3K 131 17
                                    

Hadiah lebaran nih, dari aku haha...

...

Dan kejadian itu terus berulang membuat Seungwan kesal pada Chanyeol, karena lelaki itu ternyata sudah terlalu dalam memasuki perasaan sang Papa. Entah apa yang dia miliki, hingga membuat Papanya tergila-gila pada lelaki jangkung itu, padahal jelas-jelas Chanyeol sudah menyakitinya.

Karena terus terulang, maka Seungwan memutuskan untuk mendatangi Chanyeol untuk memberi sedikit pelajaran pada lelaki itu. Sayang sekali, Chanyeol tidak ada di rumah mertuanya. Mertuanya malah bertanya dengan bingung, karena Seungwan menanyakan ini padanya. Seharusnya Seungwan tahu keberadaan Chanyeol, karena dia istrinya.

Mendengar itu Seungwan hanya tersenyum kecil dan mengatakan jika Chanyeol tidak mengatakan apa-apa saat pergi dari rumah, dia pergi begitu saja.

"Anak itu, benar-benar memalukan," gumam Mama Park saat mendengar itu, dia tidak habis pikir dengan sikap anaknya. Dia kira Chanyeol akan menjadi lelaki yang bertanggung jawab, tapi mengapa kelakuannya malah memalukan. Dia malu, karena itu terasa tak sebanding dengan banyaknya uang telah Tuan Byun berikan pada mereka. Seharusnya Chanyeol bisa memanjakan Seungwan, dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Apalagi Seungwan manis, pikirnya.

....

Aku di rumahmu—terkirim.

Seungwan sengaja menggertak Chanyeol, agar lelaki itu berhenti menghampiri kediaman rumahnya. Apalagi sambil membawa bunga segala, lelaki itu pikir Papanya akan suka apa? Jelas.

Melihat notif pesan dari perempuan itu membuat Chanyeol malas, tapi saat membaca pesannya Chanyeol terserang panik secara mendadak.

Sial!

"Perempuan gila itu, bisakah dia mati saja," bisik Chanyeol dengan gusar. Pasalnya, jalanan di depan sedang macet, dia tidak mungkin bisa menemui ibunya secepat itu dia berdoa dalam hari semoga Seungwan tidak macam-macam pada Ibunya, ah, dia juga berharap ibunya tidak ada di rumah. Seringatnya, ibunya akan arisan pada akhir bulan seperti ini.

...

Seungwan tersenyum manis menatap Ibu Chanyeol, mereka berdua kini duduk di sofa berwarna merah cerah. Seungwan dengan sadar mengusap perutnya senang, dan ibu Chanyeol menangkap kode itu.

"Apa kau sedang hamil," tanyanya dengan suara senang, bercampur lega. Akhirnya di usianya yang sudah tak lagi muda ini dia akan menimang seorang cucu.

Seungwan mengangguk kecil dan tersenyum manis. Dia terus mengusap perutnya yang belum buncit itu.

"Ya, Tuhan akhirnya. Berapa usianya?" Seungwan menjawab itu, tak pelak ibu Chanyeol semakin gembira.

"Ah, aku jadi ingat saat sedang mengandung Chanyeol dulu, aku mengidam banyak hal yang membuat suamiku kewalahan," katanya dengan haru menceritakan kisah mereka dan sejujurnya Seungwan malas mendengar. Perempuan paruh baya itu dengan penuh haru menatap Seungwan, memikirkan ternyata anaknya sudah benar-benar dewasa hingga dia akan memiliki cucu sebentar lagi. Dia masih terkejut dan sedikit tidak percaya.

"Dia pasti akan tampan seperti Chanyeol," gumamnya tanpa sadar menatap perut Seungwan.

"Ini anak Wan-ah dan Papa," kata Seungwan dengan raut wajah tenang. Dan itu tahunya mampu dan sangat mampu untuk membuat nyonya Park berhenti berbicara, matanya menatap Seungwan dengan kaget dan heran.

Itu aneh, mungkin dia salah dengar.

Tidak mungkin Seungwan mengatakan hal aneh itu, apa mungkin maksudnya Chanyeol, mungkin sejak dia hamil Seungwan memanggil Chanyeol dengan sebutan papa untuk membiasakan dirinya sendiri agar dirinya mudah nanti setelah bayi mereka lahir.

Papa Mertua | CHANBAEK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang