Demi dia

379 61 23
                                    

Typo (•̀へ•́╮)
..

...

....

Abikara sedang menunggu kian santang yang
sedang melaksanakan sholat dzuhur.
sejak tadi abikara memantau apa yang dilakukan oleh raden kian santang.
saat sedang melakukan sujud,sebuah senjata
hendak melukai kian santang dengan cepat
abikara menangkap senjata tersebut dengan
tangan kosong. Kini sebuah pisau berada dalam genggaman tangan abikara.
"pengecut menyerang seseorang dalam
keadaan sedang ibadah" batin abikara.

"Raden abikara , apa yang sedang kau
pegang"? Tanya kian santang

abikara hanya diam tak menjawab perkataan
dari raden kian santang , melihat abikara
tidak menjawab pertanyaanya,kian santang
hanya memaklumi sambil tersenyum.

mata biru abikara melirik kian santang
"Kenapa kau tersenyum" dingin abikara

",aku hanya sedang melihat seseorang yang sedang melindungi ku saat sedang sholat"
sindir kian santang

abikara yang merasa kemudian ia membuang
pisau ke tanah lalu pergi berjalan lebih dulu.

"raden abikara aku yakin sejahat apapun dirimu pasti kau memiliki kebaikan dalam
hati walaupun itu hanya sedikit"
ucap kian santang mengikuti dari belakang.

abikara terus berjalan dengan raut wajah
kesal kenapa lagi lagi dia harus menolong
musuhnya seharusnya biarkan saja tadi mati.
"kenapa aku harus menolong dia"
ucap abikara kesal.

di sepanjang perjalanan abikara hanya mengikuti kemana kian santang pergi bahkan dia sudah lama tidak pulang.
di sebuah batu besar di atas sungai raden
kian santang tengah berdzikir dengan khusyuk.abikara hanya melihat dari bawah
terbesit di pikiranya untuk membunuh raden.

sebelum niatnya terkabul sebuah pisau  mengenai punggung belakangnya
sontak membuat abikara langsung terjatuh
di tanah ,pelakunya adalah seorang wanita.

"Hahaaha ,tak ku sangka kau sangat lemah
kian santang!" ledek prahasini

"Kau"! Dingin abikara sambil menoleh
ke belakang dengan tatapan tajam.

"Wah, wah ..lihat kau berpakaian seperti
seorang penjahat saja kian santang.atau
memang kau seorang penjahat berkedok
malaikat "! Tambah prahasini

Abikara menatap sinis wanita yang sudah
melukai dirinya dengan pisau.

Prahasini langsung menyerang abikara dengan menggunakan jurus andalan.
abikara terus menangis serangan prahasini
dengan sekuat tenaga ,darah perlahan
mulai menetes dari punggung abikara.
saat hendak mengeluarkan jurus brajamusti
ternyata prahasini menyerang abikara
dengan licik lalu abikara terpental ke pohon.

"Arh.. " lirih abikara kesakitan ia bisa merasakan pisaunya semakin masuk
ke dalam punggung nya.

tiba tiba prahsini terjatuh di tanah karna
di serang oleh raden kian santang dari atas.
prahasini kaget mendapat serangan dadakan

"berhenti menyerang raden abikara prahasini" tegur kian santang.

"Apa aku tidak salah dengar? Kau menyebut
dirimu sendiri dengan nama abikara ? Hahaha lelucon macam apa ini!!"
ejek prahasini

Abikara telah pingsan di bawah pohon.
kian santang yang melihat abikara pingsan
menatap tajam ke prahasini sambil
mengeluarkan pedang zulkifar yang berada
di tangan kanannya.

"kau sudah keterlaluan prahasini ,aku sudah
tidak punya toleransi atas sikapmu bahkan
sudah melukai temanku raden abikara"
Marah kian santang.

ABIKARA ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang