p r o l o g

152 19 4
                                    

Jika dulu orang yang paling menyebalkan dalam hidup Fero hanyalah Divania Astari (karena sahabatnya ini selalu dapat mengganggu kehidupan tentramnya), tetapi saat memasuki kelas 11 dan mereka berpisah kelas, Fero menjadi sebal pada satu gadis lain selain Dee. Dengan dirinya sebagai ketua kelas 11 IPA 2, dia harus memiliki urusan dengan cewek aneh yang suka sekali mengganggu saat pelajaran dan kadang bertindak tidak sopan.

Gadis itu bernama Hana.

Hana Ratu Jenggana.

Lihat saja rambut hitam legam panjangnya yang tidak dikuncir, membuat Bu Tiwi selaku guru kedisiplinan yang sangat benci dengan gadis yang tidak merapihkan rambutnya sudah terlihat mendengus keras dan menatap Hana kejam.

"Cepat kuncir rambut kamu, Hana. Lihat itu, berantakan!" ketus sang guru membuat anggota kelas 11 IPA 2 terlihat menunduk dalam bila Bu Tiwi sudah bertitah.

Hana terlihat biasa saja sembari menatap sang guru, agak menantang. "Bu, ini rambut saya. Terserah saya dong mau dikuncir atau tidak," balas si gadis tanpa takut sang guru mungkin saja meledak layaknya boomerang.

Bu Tiwi menghela napas panjang. "Baiklah, pelajaran BK hari ini kita sudahi saja. Sampai jumpa dua minggu lagi!" lantas wanita paruh baya itu meninggalkan kelas padahal pelajaran belum dimulai sama sekali.

Fero hanya bisa menghela napas lantas berdiri mendatangi kursi gadis Jenggana itu dengan sebal. "Lo itu bisa nggak sih nurut sekalii, aja? Ini udah dua kali Bu Tiwi keluar dari kelas sebelum 10 menit cuma karena negur lo dan kekerasan kepala lo itu," ucap Fero cepat pada Hana yang terlihat tidak terganggu sama sekali.

Gadis bermata tajam itu malah mendongak pada sosok cowok tinggi bermata sipit di depannya. "Gue nggak salah, kan? Lagian itu guru ribet banget, apa-apa dikomentarin. Soal rambut aja dikomentarin. Udah kayak nenek-nenek bawel," balas si gadis itu.

"Lo beneran nggak punya sopan santun, ya, Hana?"

"Dan lo siapa, kok suka ngatur? Mau keliatan jadi ketua kelas keren?"

Balasan Hana membuat gerakan mulut Fero terhenti.

Cowok itu ingin sekali menggerakkan tangannya dan memukul gadis di depannya ini—karena dia sendiri sudah tidak menganggap si Jenggana adalah perempuan layaknya ketiga sahabatnya. Tetapi lagi-lagi Tiffany segera mendatanginya dan memberi ketenangan pada si cowok. Sedangkan Hana segera berdiri dari kursinya lalu meninggalkan kelas.

Sebelum gadis itu benar-benar keluar, ia melirik Fero yang memperhatikannya selama si gadis berjalan keluar.

"Kalau boleh jujur, lo itu cuma cowok sok keren. Mending gak usah jadi ketua kelas, deh. Gak cocok."

Lantas sang gadis segera keluar. Meninggalkan Fero yang ingin marah hebat namun ditahan oleh teman-teman cowoknya, sedangkan Tiffany cuma geleng-geleng kepala karena sudah merasa pusing dengan pertengkaran sengit antara Fero dan Hana.


a.n

Cerita ini mungkin update 1 minggu sekali, atau dua minggu sekali, atau kapan aja kalau ingat doang. Apa pun itu, semoga kalian betah dan dapat mengambil pesan tersirat dari kisah random ini (meskipun aku sendiri tidak yakin pesannya dapat tersampaikan atau tidak)

Peringatan: Ini bukan sekadar soal kisah cinta diawali benci, karena akan banyak plot twist dan membuat kalian membanting ponsel. So stay tune dan sampai jumpa lagi entah kapan!

Hell(o)veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang