22. Persiapan Kampanye

50 9 4
                                    

Kegiatan UTS mungkin telah berakhir, class meeting pun telah dimulai sejak hari Senin dan Fero yang disibukkan dengan persiapan kampanyenya untuk hari Kamis nanti sebelum pemilihan di hari Jum'at. Semuanya berjalan cukup normal bagi cowok itu, tetapi untuk Hana tidak. Gadis itu harus berusaha beradaptasi pada perubahan lain di sekitarnya. Ia jadi dekat dengan Rachel dan Tiffany saat di kelas, dia juga mulai untuk nggak bertingkah seenaknya agar Fero tidak tahu-tahu datang ke kelas hanya karena keributan yang sering dibuat oleh Hana. Gadis itu masuk ke dalam kelas saat hari ketiga class meeting dan kebanyakan dari teman sekelasnya juga sibuk menyelesaikan tugas tambahan sebagai remedial dari nilai UTS kemarin. Apalagi Rachel, yang aneh sekali datang-datang mendatangi Hana seraya merangkul gadis Jenggana itu.

"Alig! Lo akhir-akhir ini mulai serius belajar apa gimana?" Rachel menunjukkan lembaran hasil nilai Kimia kelas IPA 2 dimana nama Hana berada di urutan kedua setelah Tiffany, barulah sehabis itu ada nama Khalid Alfero dan dilanjutkan dengan nama-nama lainnya. Cewek itu tersenyum puas. Ternyata begini rasanya mengalahkan Fero meskipun hanya pada pelajaran Kimia karena cowok itu sepertinya diam-diam bisa lebih hebat dari Hana—atau yang tidak diketahui gadis itu, Fero mulai belajar lebih serius karena dia tidak mau kalah dari gadis itu hanya karena Hana bisa mendapatkan nilai tinggi tanpa belajar dengan serius sedangkan Fero merupakan salah satu dari banyaknya manusia yang perlu mempush kemampuannya untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi lagi.

Cewek itu tersenyum kecil. "Biasa aja," balasnya, mencoba untuk santai menanggapi Rachel yang masih takjub oleh kemampuan temannya itu. Selama ini Rachel hanya mengenal Hana sebagai perempuan arogan yang sulit didekati. Cewek itu bahkan hampir duduk di sampingnya karena Rachel paling suka duduk di bagian belakang, tetapi Hana lebih dulu menatapnya jengkel sehingga gadis itu memilih kursi di depan Hana alih-alih mencoba duduk sendirian di kursi paling belakang yang tersisa tepat di seberang kursi Virgo dengan Lintang.

Rachel mencebikkan bibir. "Kalau gitu, gue kemarin minta diajarin sama lo pas Kimia. Asli, dah, Hann. Nilai Kimia gue paling jeblok!" sekarang Rachel mengeluhkan soal tugas remedial yang diberikan Bu Tirta dan Tiffany yang langsung bergabung saat baru datang. Hana sempat melirik kedatangan Fero yang hanya berniat meletakkan tas sebelum keluar lagi bersama Ari dan Ina yang ikut berkontribusi dalam tim sukses Fero. Iya, Ina benar-benar serius ingin menjadi sekretaris OSIS dalam parlemen Fero sebagai ketuanya. Maka tidak heran kalau gadis imut itu tergabung dalam tim sukses Fero—ini Dee yang menyebutnya sih dan Hana mengangguk-angguk saja.

"Fero kayaknya tanpa tim sukses pun, udah pasti bakal menang. Liat aja tuh," ujar Rachel, menunjuk meja lelaki itu yang penuh oleh bingkisan. "Baru dateng tadi pagi. Rombongan."

Tiffany tertawa. "Paling ntar dikasih ke Dee sama Ano. Fero dari dulu selalu cuek sama hal beginian," katanya seakan mengingatkan Hana bahwa di tim basket pun, cowok itu berusaha untuk tidak mencolok tetapi hal itu membuat dirinya menjadi satu-satunya orang yang paling menarik di antara anggota tim inti yang sedang bermain. Lelaki itu punya daya tarik yang cukup menyebalkan bagi Hana.

Ketika pengeras suara mulai mengumumkan bahwa sebentar lagi acara class meeting akan dimulai, Rachel berdiri dengan membawa lembar jawaban untuk tugas tambahan sebagai bentuk remedial Kimia, sedangkan Hana mengikuti Tiffany keluar kelas lalu bertemu Dee yang sudah nyengir lebar dan di sampingnya ada Dimas yang berdiri menjulang dengan memakai topi. Mungkin karena cuaca pagi ini sangat terik sehingga tidak heran kalau cowok tinggi itu memakai topi. Sinar matahari akan lebih dulu mengenainya dibandingkan siswa lain yang memiliki tubuh pendek.

"Eh, itu di meja Fero rame lagi? Jadi inget jaman dia SMP. Gue suka abisin coklat yang didapat Fero sama Dimas waktu valentine. Heran gitu, kok mereka bisa demen sama dua cowok aneh ini? Mending cari yang lain, deh, kalo jadi gue—eh, nggak, mending cari yang lain dari Fero dah. Bikin capek hati," dia mencerocos, melirik Dimas sembari tersenyum lebar seakan mengatakan bahwa dia salah bicara sedangkan Tiffany sudah tergelak.

Hell(o)veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang