11. Tanggung Jawab Ketua Kelas

74 15 14
                                    

Pagi itu berjalan seperti biasanya. Suara Dee yang berisik memanggil Fero, bus kota yang sumpek tapi beruntungnya ketiga sahabat perempuan Fero masih mendapatkan kursi, lalu sapaan pagi beberapa murid yang mengenal Fero sebagai anggota basket maupun siswa pahlawan dari kelas 11 IPA 2 yang membela Hana empat hari lalu—sebentar, sepertinya ada yang aneh dari pembicaraan beberapa murid yang Fero temui di koridor.

"Fero jadi ketua OSIS tahun ini sabi nggak, sih?" ucap siswa A yang saat itu sedang melihat postingan anonim dari menfess sekolah mereka yang ada di aplikasi burung biru.

Siswa B menyahut. "Mending MPK sekalian, deh. Cocok buat Fero. Kan, dia pengawas 5 sahabatnya."

"Asik, ada jagoan kita nih," Ano langsung merangkul Fero penuh bangga sambil memamerkan ke seluruh siswa bahwa siswa bernama Khalid Alfero ini adalah sahabatnya. Iya, SAHABATNYA.

"Jagoan apaan," Fero langsung menolak rangkulan Ano, melirik Dee yang sudah senyum-senyum sambil mengetik sesuatu di ponsel. "Gue tau kalo lo mau nyebar ke grup kompleks ya, Dee," cowok itu dengan cepat merebut ponsel sahabatnya, melihat pesan bubble Dee yang sudah menyepam grup kompleks dan kini para Ibu-ibu asik memberi Fero ucapan selamat akibat keberanian remaja berumur 16 tahun itu.

"Abisan kocak banget kalo diinget, Ro. Gue tahu lo itu selalu membela keadilan, tapi nggak nyampe lawan guru demi seorang cewek loh. Wah, apa bener, ya?" Dee mulai memancing.

Ano ikut tersenyum-senyum. "Bener apa, nih?"

"Beneran cinta!" Ina segera menjawab, tertawa kecil karena Fero memasang wajah sepet.

Mereka berpisah di ujung tangga dimana Fero bersama Tiffany berjalan ke arah IPA 2, sedangkan Ina yang harusnya bersama mereka sampai di depan IPA 2 pun sudah lebih dulu ditarik oleh salah seorang temannya yang minta diantar ke kamar mandi.

"Lo diem aja, Tif. Smile, Tiffany," Fero menahan Tiffany yang merunduk, membuat si gadis yang kini mengikat sebagian rambutnya ke belakang itu mendongak dengan senyum tak minatnya.

"Okay, it's done."

"Not yet," balas Fero, mengikuti gadis itu masuk ke dalam kelas dan membiarkan Tiffany duduk di kursinya sedang Fero menarik kursi di depan Tiffany yang masih kosong. "Lo nggak bakal lupa bahwa lo punya gue dan yang lain, kan?" ia bertanya, menatap si gadis dengan lembut.

Tiffany mengangguk pelan. "Iyaa, Ro."

"Ro, Lintang manggil," Ria, teman sebangku Tiffany yang habis dari meja Jia pun datang seraya menyampaikan pesan dari Lintang untuk si ketua kelas yang langsung menoleh. Merasa kebingungan karena selama ini dia tidak pernah berinteraksi secara akrab dengan Lintang, si cowok yang tidak berbeda jauh dari Hana, hanya saja mereka berdua seperti punya alasan yang berbeda tentang sifatnya yang suka membuat masalah. Apalagi Lintang merupakan calon ketua basis angkatan yang umumnya organisasi tidak diakui sekolah karena kegiatannya yang berpusat pada merusak fasilitas umum hingga tawuran.

Fero melirik Tiffany sekali lagi, sebelum berjalan ke kursinya untuk meletakkan tas, kemudian barulah dia mendatangi Lintang yang duduk di kursi belakang kebanggaannya sambil menaikkan kedua kaki ke atas.

Fero berdiri di dekat cowok itu. "Kenapa?"

Lintang melirik si ketua kelas yang tampak tenang dan penuh wibawa. Laki-laki itu tersenyum kecil lalu menurunkan kedua kakinya seraya mengubah posisi menjadi menatap Fero yang tak berniat duduk di kursi yang ditinggalkan oleh Virgo. "Ro, lo membela Hana kemarin itu murni karena lo itu ketua kelas, kan?" cowok itu tersenyum kecil saat melihat lawan bicaranya mengangguk takzim seakan tak menanggapi secara serius pertanyaan Lintang.

Hell(o)veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang