2. Tentang Tugas Kelompok yang Tidak Diinginkan

83 19 5
                                    

Tidak ada hari tenang untuk Khalid Alfero ditiap minggunya. Lelaki yang bertugas sebagai ketua kelas, sialnya juga bertugas sebagai teman sekelompok Hana dalam pelajaran Biologi. Tiap minggu di hari Selasa, mereka selalu membentuk kelompok diskusi sehabis penjelasan materi oleh Bu Nina. Lalu setelah membentuk kelompok diskusi sambil menyelesaikan beberapa soal yang diberikan, salah satu dari kelompok di kelas 11 IPA 2 akan disuruh presentasi di kelas selama kurang lebih 15 menit berikut pula tanya jawab antar kelompok.

Dengan malas, Fero menatap dua temannya yang tampak aktif dalam kelompok diskusi mereka. Sedangkan sialnya di samping Fero ada Hana yang tampak gusar memperhatikan kelompoknya yang sibuk sendirian. Fero pernah sekali mengajak perempuan itu berdiskusi, melupakan sikap keras gadis itu. Tetapi balasan Hana yang tidak menyenangkan membuat Fero malas setelahnya.

Dia sudah tidak peduli lagi.

"Eh, Fer. Menurut lo kalo poin presentasinya seperti ini, gimana?"

Fero melirik Jia sembari membaca poin-poin presentasi mengenai bagian-bagian sel tersebut kemudian mengangguk. "Boleh, nanti poin satu dan dua lo sama Rehan yang susun. Sedangkan poin tiga dan empat biar gue sama cewek ini yang yang susun," mataya melirik sosok Hana yang hanya mendelik tak acuh, sebelum kembali tersenyum pada Jia yang sekarang mengangguk setuju.

Di tengah kegiatan mereka yang mencari materi lewat internet maupun buku, Hana hanya memainkan pulpennya dan memperhatikan sosok cowok yang selama ini tidak pernah mencoret namanya meskipun gadis itu menolak membantu atau berpura-pura sakit perut ketika dirinya harus presentasi. Tetapi hari ini Fero tampak aneh dengan bibir tipis nya yang pucat serta kantung mata yang turun. Ia merebut buku tulis Fero, mulai menulis bagian yang diperlukan untuk poin ketiga yang dia temukan lewat buku cetaknya.

"Kesambet lo?" suara Rehan yang terheran-heran melihat Hana menulis materi, pun tak dapat membuat Jia menghiraukan gads bermata tajam itu.

Jia membenarkan tali kerdungnya yang turun dengan menyampirkannya ke bahu sembari ikut bertanya. "Lo lagi dapet wangsit, Han?"

Hana ingin sekali mengomel, mencak-mencak pada dua teman sekelompoknya tetapi suara tawa kecil Fero membuat gadis itu pun mendelik jengkel. "Lo ketawa?!" saat ini Hana tidak dapat menahan malunya karena Fero tampak meledeknya dan meremehkannya selama ini. Jelas Hana bukan tidak mau ikut serta dalam diskus kelompok, gadis itu hanya merasa bahwa dirinya mungkin tidak begitu dianggap.

Fero tersenyum kecil. "Thank's, akhirnya gue nggak nyesel nulis nama lo," terlihat lelaki itu memberikan ponselnya yang menampilkan artikel tambahan untuk poin ketiga yang sedang ditulis oleh Hana. "In tambahannya, Han. Besok lo juga kayak gini, ya, nulis bentar juga nggak apa-apa," ucap cowok itu, kembali melanjutkan membaca materi Biologi mengenai bagian-bagian sel di buku cetaknya.

Jia berdeham pelan. "Oh, iya. Jangan kabur lagi, lo, Han. Bu Nina sampe kesel minggu lalu pas lo kabur sewaktu ditunjuk untuk presentasi. Kasian Fero, tahu," perempuan berkerudung itu berkata dengan kesal dengan mata mendelik tak suka.

Hana hanya mengedikkan bahu, tak acuh mendengarkn omelan Jia dengan kembali mencatat materi.

Jam pelajaran Biologi hari ini terasa lebih berbeda untuk Khalid Alfero, terlebih sosok gadis nyebelin di sampingnya ikut berkontribusi sedikit hanya karena melihat bibir pucat Fero dan kantung matanya yang turun. Hal ini Fero alami karena semalam Dee mengajak mereka menonton series horor di Netflix hingga baru tidur pada pukul 1 pagi di ruang menonton yang ada di rumah Tiffany. Sudah tidur pukul 1 pagi, Fero dan teman-temannya juga kesiangan menyebabkan lelaki bermata kecil yang tidak pernah meninggalkan sarapan itu akhirnya tidak sempat menyantap nasi goreng udang yang dibuat Ibu.

Hell(o)veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang