23. Pemilihan OSIS

55 12 1
                                    

Hari yang ditunggu dan tidak ditunggu oleh Alfero datang ketika cowok itu dibangunkan oleh suara yang menyentak dari kamar seberang—Iya, di pagi hari saja Dee sudah memasang lagu menyentak padahal matahari belum naik ke permukaan. Entah ada masalah apa pada gadis itu sebenarnya, Fero nggak mau ambil pusing dan memilih segera ke kamar mandi untuk mengambil wudhu sebelum ibadah Subuh kemudian mandi pagi dan bersiap datang ke sekolah dalam pemilihan OSIS Angkatan 2020/2021. Fero tidak hanya mulas, tapi dia juga tidak yakin akan keputusannya untuk mengambil lagi apa yang dulu sempat dia buang jauh-jauh akibat rasa kesalnya pada diri sendiri. Tetapi menjadi ketua OSIS sepertinya bukan hal buruk lagi karena kelima sahabat Fero sangat mendukung cowok itu, apalagi gadis Jenggana itu. Entahlah, Fero merasa bahwa Hana memang cukup berpartisipasi dalam mendukung ketua kelasnya ini. Gadis itu akhir-akhir ini sering mengirim pesan padanya padahal Fero jarang mengecek ponsel karena malas. Namun Hana sepertinya seniat itu mengganggu Fero sampai cowok itu merasa bahwa sudah tidak ada lagi tempat untuknya menikmati hari tenang.

Dalam bus kota pagi itu yang masih sama sibuknya dengan hari-hari lain, Fero memandang jalanan Ibukota yang penuh. Cuaca pagi ini cukup cerah untuk setidaknya berdiri di lapangan selama kurang lebih setengah jam lalu pada akhirnya mereka dibolehkan kembali pulang atau pergi ekskul—iya, hari Jum'at ini sekolah masih membebaskan siswanya karena kegiatan wajib mereka hanya pemilihan ketua OSIS dan sisanya adalah kegiatan mandiri yang umumnya kalau Fero mengingat jaman mereka masih kelas 10. Teman sekelas Fero memilih membuka teater film dimana salah satu dari mereka membawa laptop lalu menonton pada layar proyektor yang biasanya digunakan guru mereka untuk menunjukkan power point atau saat mereka sedang presentasi kelompok.

Cowok itu tertawa kecil. Ternyata tidak hanya kenangan buruk yang tiba-tiba muncul di saat kita sedang kalut dalam lamunan. Tapi kenangan lucu juga bisa saja hadir dan mengubah sedikit mood buruk kita menjadi sesuatu yang tak bisa disebut hari yang menyebalkan.

Sekolah cukup ramai dipenuhi siswa yang berkumpul di lapangan menunggu kegiatan pemilihan OSIS yang akan dimulai pukul 7 nanti. Sedangkan Alfero bergabung bersama teman sekelasnya yang duduk melingkar, entah mengobrolan apa.

"Widih, artis kita dateng!" seru Hendri, menyambut kedatangan Fero yang langsung duduk di dekat Ari yang sedang berbicara dengan Rasya.

"Eh, Ro. Dateng lo?"

Fero mendelik. "Menurut lo?"

"Hehe, kali aja ngumpet gitu," ucapnya mengelak, lantas melirik ke belakang Fero seakan mencari seseorang. "Lah, kirain Hana, Ro," kata Ari pelan seakan dugaannya salah.

Cowok bermata kecil itu matanya semakin menyipit, menatap Ari dengan sangsi. "Kenapa bareng gue?" balasnya tidak mengerti.

"Kemarin kata Rachel, kalian keliatan pulang bareng," sahut Rido, menyenggol Rachel yang mulai mengobrol dengan Tiffany serta Fira. "Chel! Lo salah liat kalii!"

"Apaan, sih?" Rachel tampak geregetan oleh cowok itu.

Sedangkan Fero tertawa pelan. "Yaelah, itu karena bus nya satu tujuan aja. Lagian gue sama sahabat gue yang lain. Ada Tiffany juga. Lo jangan asal buat gossip, ye, Ri," Fero memeringati temannya itu yang terlihat nyengir lebar seakan-akan dia tertangkap basah oleh Alfero. Ketika cowok itu berniat mengeluarkan komik dari tasnya, ia menoleh dan menemukan Pak Ali yang datang menghampir dengan senyum lebar lima dollarnya. Alias pria paro baya itu terlihat Bahagia sekali padahal pemilihan OSIS saja belum dimulai.

Pak Ali menepuk bahu Fero pelan. "Kalau kamu menang, Bapak akan traktir kalian sekelas. Jadi kamu harus semangat, ya, Ro."

"Asik! Mau Gokana atau all you can eat, nih, Pak?" Ari mencoba meledek.

Hell(o)veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang