18. Bertemu dengan Masa Lalu

52 12 5
                                    

Hari libur pertama di minggu terakhir bulan September diawali olahraga bersama kelima sahabatnya dengan keliling perumahan sampai pukul setengah 9. Kemudian sarapan mie ayam—mereka sedang bosan makan bubur ayam—dan dilanjutkan menonton serial kartun bagi kelima sahabatnya. Berbeda dengan Fero yang terpaksa pulang dari rumah Tiffany, mandi sampai segar, dan berganti pakaian dengan jeans berwarna hitam dan mengenakan kaus putih dilapisi jaket hitam. Cowok itu mengenakan ransel putihnya setelah memasukkan dua buku tulis dan satu buku cetak untuk kegiatan belajarnya bersama dengan Hana.

Kali ini gadis itu mengajaknya bertemu di mc donalds Cikini—tempat belajar mereka termasuk nomaden sehingga kadang Hana mengajak Fero belajar di warung tegal dengan alasan kangen makanan warteg (sungguh tidak dapat Fero mengerti karena cowok itu menurut saja). Karena seminggu lagi akan ada UTS lalu setelahnya pemilihan ketua OSIS, maka Fero membiarkan dirinya dipermainkan oleh gadis itu sebelum melepasnya sesuai kesepatakan dengan Bu Tiwi di hari Kamis saat beliau kembali memanggilnya bersama dengan Hana.

"Sehabis pemilihan ketua OSIS, kamu nggak perlu lagi bantu Hana, Ro," wanita itu menjelaskan. Hana yang duduk di sampingnya sejak tadi diam tapi binar matanya menunjukkan kegembiaraan.

Sedangkan Fero menaikkan sebelah alisnya, bingung. "Kenapa?"

"Karena kamu udah punya tanggung jawab lain," Bu Tiwi menjawab, tersenyum tipis. "Nilai Hana juga sudah membaik, dan dia mulai akrab dengan teman sekelas, kan?"

Mendapat pertanyaan seperti itu, Hana tampak mengangguk-angguk setuju layaknya anak anjing. Sedangkan Fero jadi mengingat-ingat keadaan kelasnya yang sedikit lebih damai akibat Hana yang mulai mengakrabkan dirinya, sudah jarang bolos, serta nilainya meningkat. Gadis itu juga sudah tidak galak lagi walaupun dijahili Ari, atau mencoba ikut dalam obrolan Rachel dan Tiffany yang membicarakan serial drama Korea.

"Tapi dia masih nggak sopan sama Ibu," ucap Fero setelah mengingat satu hal dari banyaknya kejadian yang berbeda dari Hana. Gadis itu masih bersikap seenaknya setiap pelajaran bimbingan konseling dan Fero sebetulnya benci pada sikap Hana yang satu itu. Entah dendam apa yang ada di antara Hana dan Bu Tiwi, Fero berpura-pura untuk tidak mengetahui apa pun meskipun dirinya sedikit mengetahuinya.

Atau sebetulnya tidak sama sekali?

Wanita paro baya berambut disanggul itu mengatupkan bibirnya, merasa seperti baru saja dilemparkan batu. Sedangkan Hana melotot dan tidak segan menginjak kaki Fero membuat lelaki di sampingnya itu menggaduh.

"Sakit!"

"Mulut lo bacot banget!"

"Sssh, udah. Saya tidak apa-apa, Ro," Bu Tiwi menengahi. "Kalau untuk yang satu itu, saya tidak apa-apa, kok."

Cowok itu memarkirkan motor bang Arfi sebelum berjalan masuk ke dalam mcd yang ramai di Sabtu menjelang siang hari. Hana bilang, dia sudah membeli makanan dan sudah menunggu di lantai atas. Sehingga Fero berjalan ke kasir untuk memesan mc float dan kentang goreng, lalu membawanya ke lantai 2 di mana Fero menemukan Hana di daerah outdoor yang umumnya khusus untuk para perokok.

Fero mengela napas, membuka pintu area luar lalu duduk di hadapan Hana yang sedang mengunyah mc spicy burgernya dengan santai.

"Lo mau ngerokok?" Fero langsung bertanya dengan nada menuduh, mengeluarkan dua buku tulisnya sembari mengeluarkan selembar kertas yang merupakan ringkasan materi Kimia sembari menatap Hana yang mendelik.

"Oh, lo ngerokok juga?"

Fero mendengkus. "Nggak lucu."

"Ya makanya jangan asal nuduh!" Hana balas mengomel, menerima ringkasan itu sembari membacanya sekilas lantas menjawab. "Udah paham," katanya, kembali menggigit mc spicy yang tinggal setengah itu.

Hell(o)veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang