25. Meluapnya Amarah

52 11 0
                                    

Berjalan sudah 1 minggu kegiatan OSIS yang nyatanya mampu membuat Fero mulai sedikit demi sedikit tak punya banyak waktu. Kalaupun ada waktu kosong, umumnya dia menggunakannya untuk berlatih dengan tim basket karena minggu depan akan dimulai turnamen basket yang menjadi salah satu dari kriteria untuk turnamen nasional yang akan dilaksanakan awal tahun 2021. Alfero meletakkan ranselnya di atas meja, berniat untuk tidur selama beberapa menit sebelum bel masuk terdengar namun salah seorang teman sekelasnya mengintrupsi. Memberi pesan pada Fero bahwa kelas Ekonomi kosong karena guru mereka sedang cuti menemani istrinya yang ingin melahirkan. Sehingga Fero tersenyum kecil, namun wajahnya langsung kusut ketika Gaby menjelaskan hal lain tentang tugas kelompok Ekonomi dimana Fero bertanggung jawab membentuk kelompok secara acak.

Cowok itu berdecak, menerima buku cetak yang dipesankan wali kelasnya ke Gaby untuk diberikan pada Fero. Lantas mulai menyusun kelompok dibantu Ani dan Ari—mereka bukan anak kembar, namanya saja yang hampir mirip.

"Lo mau sekelompok sama Hana lagi, gak, Ro?" Ari mendongak dari buku absen dimana Ani yang mencatat anggota kelompoknya.

Fero menoleh, tampak berpikir sebelum menjawab. "Hana sama Tiffany dijadiin satu, tambah sama Rido terus Virgo," cowok itu berhenti sejenak, membaca kembali sisa murid yang belum masuk dalam daftar kelompok dan melanjutkan. "Masukin Jia juga, Ni."
Ani melirik si ketua kelas dengan tatapan heran. "Jia? Dia sama Hana kan sering cek cok. Kelompok Bio lo aja suka berantem, kan?"

"Gak apa, apa," balas Fero tenang. "Justru kalo semakin sering mereka satu kelompok, kali aja bisa baikan," tambahnya, kembali membacakan beberapa siswa lain untuk dimasukkan di beberapa kelompok yang tersisa. Sebelum akhirnya bel masuk dibunyikan dan cowok itu berdiri dari kursinya. "Gue pengin cuci muka dulu. Lo tulis anggotanya sambil umumin bahwa ada tugas makalah Ekonomi buat materi keempat, ya, Ni," Fero berpesan pada perempuan berkerudung abu-abu itu sebelum meninggalkan kelasnya yang ramai karena tau Pak Raif tidak hadir padahal sebetulnya masalah yang tak diduga langsung datang menghantam ekspetasi anggota kelas IPA 2—tugas makalah yang dikumpulkan hari Sabtu melalui Fero yang nanti akan menyusunnya dalam satu file RAR. Sungguh miris jika berbicara tentang kenyataan alih-alih sebuah hayalan belaka.

"Oke siap!" Ani langsung berjalan ke depan kelas dan Fero dapat mendengar keluhan anggota kelasnya akibat tugas makalah yang datang.

Setelah mencuci muka untuk memberi sedikit kesegaran dari kantuk yang menyerang matanya, cowok itu keluar dari kamar mandi yang letaknya ada di lantai 3. Dia melihat Jordi yang berjalan dari kejauhan bersama dua orang perempuan, sepertinya teman sekelas cowok itu sehingga Fero menyapa mereka dengan sopan.

"Oh, lo si ketua OSIS yang baru, ya?" tanya salah seorang teman perempuan Jordi yang cukup menempel dengan Kakak kelasnya itu. Menatap Fero kagum.

Fero mengangguk. "Gue duluan, ya, Kak."

"Iya, Ro. Semangat!" sepertinya seniornya sejak SMP itu tahu bahwa Fero sedang kelelahan akibat aktivitas barunya selama 1 minggu ini. Bagaimana tidak pusing jika baru menjabat saja, kamu sudah harus membereskan beberapa peninggalan OSIS dari kumpulan anggaran dana classmeeting seminggu lalu atau acara festival sekolah yang diadakan saat Fero masih kelas 10. Ditambah dia harus menyeleksi calon anggota OSIS yang mendaftar, membuatnya beberapa hari belakangan selalu tidur lewat dari jam 12 hanya karena membaca beberapa proker dan membaca lamaran OSIS yang masuk—meskipun dia kadang juga begadang hanya untuk bermain games bersama Dimas dan Ano, setidaknya games tidak akan membuat otak Fero mendidih.

Lelaki itu masuk ke dalam kelas yang masih sama ramainya meskipun masing-masing dari mereka telah membentuk kelompok. Terutama gadis Jenggana itu yang kembali terlibat perdebatan dengan Jia. Di sana terlihat Tiffany yang kelelahan, apalagi Virgo dan Rido yang tidak banyak membantu. Fero beralih pada kelompoknya, mendatangi Rifda yang sepertinya telah membagikan job desk masing-masing untuk makalah Ekonomi dan Lintang yang tampak acuh dengan asik bermain games di ponselnya. Lelaki itu mengela napas lelah, duduk di samping Gaby dan ikut berdiskusi dengan Rifda.

Hell(o)veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang