15. Dukungan Tidak Terduga

57 10 0
                                    

Saat sampai di kelas, Fero langsung mendatangi Hana dan meminta janjinya malam tadi mengenai hapalan fungsi bagian-bagian sel tumbuhan dimana gadis yang sudah larut dalam tidur paginya itu pun tersentak. Tak terkecuali beberapa siswa IPA 2 yang menatap dua orang itu dengan antusias, apalagi keduanya terkenal selalu berdebat tentang suatu hal yang kadang hanya soal Hana yang bolos kelas atau Fero yang menagih tugas tetapi gadis itu malah denagn santainya bilang belum mengerjakan. Gadis Jenggana itu mendengus, mengakat wajahnya dan Fero menarik kursi milik Demas untuk menatap Hana penuh antisipasi. Tersenyum mengejek dan Hana rasanya ingin mencakar wajah lelaki itu saat ini juga kalau bisa.

"Ada apa, nih?" Jia yang baru saja datang pun mendekat ke kerumunan di daerah belakang, dimana Hana mulai menjelaskan tiap fungsi-fungsi dari beberapa bagian sel tumbuhan dengan Fero yang mendengarkan sambil mengangguk-angguk dan kadang santai memukul kepala Hana pelan saat gadis itu menjelaskan dengan suara malas. Jia bertanya pada Ari yang berdiri di dekatnya. "Ini apaan? Ada pertengkaran yang terlewat?" dia semakin penasaran.

Ari melirik gadis itu lalu tersenyum. "Seru, deh. Sampai sekelas bengong."

Rania menimpali. "Tadi Fero bilang, kalo mereka terlibat pertengkaran kemarin dan Hana kalah. Jadi sekarang Hana dihukum Fero, Ji. Hapalan biologi!" serunya sembari kembali menatap dua orang itu yang sekarang dapat dilihat Hana tersenyum bangga, sedangkan Fero mendengkus pelan, sebelum tampak tersenyum kecil.

Jia yang memerhatikan perubaha raut wajah lelaki Alfero itu pun tersentak, lalu melirik ke belakang dimana Tiffany diam di kursinya bersama sebuah novel yang terbuka. Perempuan itu mendekat ke Tiffany, bertanya. "Lo tahu soal perjanjian itu, Tif?"

Gadis berambut lurus sepinggang itu menoleh, menaikkan alis. "Perjanjian?"

"Hana sama Fero."

Si gadis Sergia itu ber-oh panjang, sebelum mengangguk pelan. "Tau. Semalem gue ada di sana."

"Ngapain?" Jia tampak mendelik jengkel, bersidekap.

"Ya, belajar?"

"Belajar?!" kali ini Jia melirik pada tawa geli beberapa teman sekelasnya, dan dia yakin sekali Hana sempat tersenyum kecil sebelum memasang wajah jengkel dan kembali terlibat pada pertengkaran dengan Fero yang tidak mau kalah.

"Udah, kan? Yaudah sana pergi," kata Hana dengan galak.

Fero menaikkan alis. "Lah, ngusir. Galak banget lo," balasnya, terlihat terkekeh.

"Ya elo ngapain minta hapalan di pagi hari?! Gue semalem tuh nggak tidur, tau."

"Ya, yang minta lo begadang siapa? Gue kan cuma minta hapalan, nggak nyuruh lo begadang semalaman."

"Tapi karena permintaan lo, gue jadi harus begadang. Mana bisa gue belajar babibu kelar. Emang lo pikir gue Einstein."

"Emang harus begadang? Dua tiga jam juga udah selesai," Fero masih membalas, menatap si gadis Jenggana yang kini semakin mengerutkan dahi dengan raut wajah yang sudah teramat muak. Apalagi beberapa teman sekelasnya terlihat tertawa saat Hana mengomel.

"Itu elo! Bukan gue!"

Jia yang melihat pemandangan aneh itu berjalan ke kursinya dengan perasaan suntuk. Sedangkan Tiffany tampak tergelak, apalagi melihat wajah memerah Hana sedangkan Fero menahan tawanya sebelum tangannya bergerak mengacak rambut Hana sambil mengejek.

"Makanya, otak tuh dipake buat belajar. Bukan dianggurin,"—lo tahu kalo akting lo jelek banget, Hana. Tambahnya dalam hati sambil berjalalan meninggalkan Hana yang terlihat mengela napas muak dengan wajah syok saat cowok itu meninggalkan rambutnya dalam kondisi berantakan. Fero melirik Hana lagi, yang sekarang tengah menanggapi pertanyaan Rachel soal pertengkaran yang membuatnya harus hapalan materi Biologi. Kantung mata Hana yang terlihat menghitam dan agak sembab membuat Fero yakin bahwa hapalan Biologi hanya sekadar tameng dari apa yang sebenarnya terjadi.

Hell(o)veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang