06

880 296 89
                                    

Happy reading

• • •

"Maaf gak se— Arkan?"

"Luna," gumam Arkan.

"Eh sorry, gak sengaja tadi."

"Yoi, sans."

"Wah tumbenan nih ke sini, mau ngapain?"

Sebelah alis Arkan terangkat. "Menurut lo?"

Gadis itu meruntuki mulutnya sendiri dengan pertanyaannya yang menurutnya tidak penting itu."Belanja."

"Ya itu."

Luna cengengesan, sedangkan Arkan hanya menggeleng. Pertanyaan Luna sangat unfaedah sekali.

"Lo kesini jalan kaki?" tanya Arkan.

Gadis itu mengangguk. "Hm, lagian lumayan deket juga."

Arkan mengagguk." Yaudah pulang bareng gue aja, rumah lo sama Axel kan sebelahan."

"Yaudah ayo, bentar bayar dulu"

Arkan berdehem, Luna dan Arkan berjalan menuju kasir, setelahnya keduanya berjalan keluar dari minimarket menuju parkiran.

Diperjalan pulang Arkan membuka suaranya.

"Lun."

"Hm?"

"Gak jadi"

"Dih, gajelas lu," ujar Luna seraya terkekeh.

"Eh gue sekalian main ke rumah El aja deh lagian di rumah ada si bangkai sama temennya. Males gue dijadiin babu mulu."

Arkan mengernyitkan keningnya. "Bangkai siapa?"

"Oh itu abang gue namanya Kailingga."

"Baru tau gue kalo lo punya abang."

"Iya, soalnya waktu gue SMP abang gue sekolah di luar negeri ikut oma sama opa."

Arkan paham dan melanjutkan perjalanan pulangnya.

Sesampainya di rumah, Luna segera masuk ke dalam rumahnya.

"Yang ditunggu pun dateng nih."

"Mana kembaliannya?"

Luna memutar bola matanya malas dan menyodorkan uang kembaliannya kepada Kai.

Kai menggeleng kemudian terkekeh. "Becanda elah, ambil aja."

Sudut bibir Luna tertarik melengkung keatas menandakan senyum manisnya. "Thanks bangkai."

Seketika raut wajah Kai seketika berubah menjadi masam. "Bisa gak sih gak usah panggil gue kayak gitu, cukup panggil gue bang aja gak usah pake embel-embel nama lagi."

"Ck, biar estetod mending gue manggilnya gitu aja. Gak usah protes!"

Kai berdecak sebal. "Semerdeka lu dek."

ALUNA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang