29

681 138 113
                                    

Happy reading

• • •

"Bang," panggil Luna pada Kai.

Kai berdehem menanggapinya.

"Lo ga punya cewe lain kan selain Sheila?" tanya Luna sedikit berhati-hati.

Kai mengalihkan pandangan dari ponselnya hingga kini matanya menatap sang adik.

"Sama sekali gak ada. Kenapa tiba-tiba ngomong gitu? tanya Kai heran.

"Nggak, soalnya tadi gue liat lo di gramedia sama cewek lain gandengan tangan lagi." Ucapan Luna membuat Kai terkejut. Lelaki itu mengeluarkan keringat dingin.

Luna melihat raut wajah Kai yang terlihat tegang semakin dibuat bingung.

"Salah liat kali," ucap Kai mencoba bersikap biasa saja.

"Gue adek lu kalo lu forget. Gue tau postur tubuh lo kayak gimana. Gue liat di sana muka lo keliatan jelas banget Bang."

Kai tak mengindahkan ucapan luna. Lelaki itu segera berdiri dari duduknya dan langsung menyambar kunci motornya. Setelahnya lelaki itu pergi keluar rumah membuat luna semakin heran melihat tingkah abangnya.

"BANG, MAU KEMANA LO?!" teriak Luna.

"MAIN," sahut Kai.

• • •

Malam ini Luna tengah mencari keberadaan Kai. Sejak kejadian barusan, ia sudah tidak melihat batang idung abangnya itu.

Ia terus saja menghubungi Kai. Namun hasilnya nihil. Sama sekali tidak ada jawaban, padahal ponselnya aktif. Perasaanya menjadi tidak enak. Ia takut terjadi apa-apa dengan Kai.

Gadis itu tiba-tiba teringat dengan Sheila. Apa mungkin Kai bersama gadis itu. Pikirnya.

Langsung saja ia menghubungi Sheila.

"Halo, ada apa lun?" suara dari sebrang sana.

"Bang Kai ada sama lu kan?"

"Kai? Lah, gue kira dia di rumah sama lo. Gue gatau serius, terus Kai di mana?" ujar Sheila panik.

"Lo tenang, gue masi berusaha hubungin dia."

"Gue mana bisa tenang lun, gue takut Kai kenapa-napa," ujar Sheila semakin panik.

"Yaudah gue tutup dulu ya, gue mau hubungin temen abang gue dulu."

"Yaudah, nanti kalo Kai ketemu, kabarin gue."

"Iya sayang iya, bye."

Sambungan diputuskan oleh Luna. Ia mulai mencari kontak Adit, teman Kai, setelahnya ia segera menghubunginya. Untung saja gadis itu masih menyimpan nomor kontak teman Kai.

"Halo, Lun baru aja gue mau hubungin lo," ujar seseorang dari sebrang sana

"Hah gimana? Emang ada apa? Oh ya, di sana ada abang gue gak, soalnya dari siang belom pulang juga sampe tengah malem gini."

"Abang lo kecelakaan. Udah di bawa ke rumah sakit, dan sekarang lagi ditanganin sama dokter," ujar Adit teman lamanya Kai.

"Kenapa bisa? Bentar lagi gue kesana. Makasih," ujar Luna panik.

Langsung saja gadis itu mengirim pesan pada Sheila untuk memberitahu keadaan Kai. Setelahnya ia pergi menuju rumah sakit. Perihal mama dan papanya mungkin sedang lembur kerja.

Di depan gerbang rumahnya, tiba-tiba deringan ponselnya berbunyi menandakan ada yang menelpon. Di layar ponsel tertera nama 'Sheila' membuatnya segera menekan tombol hijau.

"Lun, rumah sakit mana?!"

Luna menepuk pelan jidatnya sendiri. Saking paniknya, dirinya sampai lupa menanyakan hal tersebut pada Adit.

"Gue lupa nanya. Wait." Luna segera menutup teleponnya setelah itu ia menghubungi Adit.

"Rumah sakit mana?"

"Tuh kan gue dah duga lo bakal nelpon lagi."

"Bacot, buruan jawab."

"Rs. Mitra Harapan. Dia lagi di ruang UGD."

Tut tut tut

Panggilan diputuskan sepihak oleh Luna. Setelahnya Luna kembali menghubungi Sheila dan memberitahu keberadaan Kai.

Setelah itu Luna menyetop taksi dan segera naik ke mobil tersebut.

"Ke Rs. Mitra Harapan pak."

"Baik." Setelah mengatakan itu, supir tersebut mulai menjalankan mesin mobilnya menuju Rs. Mitra Harapan.

Tak lama gadis itu telah sampai di rumah sakit tersebut. Ia pun segera membayar taksi tersebut, setelahnya Luna masuk ke dalam rumah sakit.

Kini Luna tengah berjalan di koridor rumah sakit. Langkahnya semakin cepat. Akhirnya gadis itu telah sampai di ruang UGD. Di sana terdapat Adit dan Dika, langsung saja ia menghampirinya.

"Dokter belum keluar?" tanya Luna khawatir.

Dika menggeleng lemah. "Belum."

Beberapa menit kemudian Sheila sudah datang.

"Kai gimana? Dia baik-baik aja kan?" tanya Sheila sangat khawatir mendengar Kai dilarikan ke rumah sakit.

"Dia masih ditanganin sama dokter," balas Adit.

"Lo pacarnya?" tanya Dika.

Sheila mengangguk menanggapinya.

"Anjay, cakep juga ceweknya. Boleh lah gue embat."

Adit mendesis pada Dika. "Gue bilangin Kai abis lo sama dia."

Dika terkekeh. "Canda doang elah, gue gak sejahat itu."

"Ini bang Kai kenapa bisa kecelakaan?" kini Luna yang bertanya.

"Dia kecelakaan waktu balapan sama bara."

Luna mengernyitkan dahinya."Bara? Keknya namanya gak asing deh."

"Iya, dia musuh bebuyutan Kai waktu dulu. Dia ngilang dan sekarang dia muncul lagi."

"Wah, belom tau aja jurus vampir jadi-jadian gue. Awas ye, kalo ketemu gue bunuh si bara," ujar Luna kesal. Pasalnya waktu dulu bara selalu mencari gara-gara pada abangnya hingga Kai hampir saja kehilangan nyawanya. Untung saja Tuhan masih baik pada abangnya itu. Alhasil nyawa Kai bisa terselamatkan.

"Mending vampir beneran by," sahut Dika.

"Ba by ba by, babi your eyes," cibir Luna.

Pintu UGD terbuka menampakkan Pak Dokter yang barusan menangani Kai. Semuanya menoleh.

"Di sini ada keluarganya pasien?" tanya Dokter tersebut.

"Saya pak," ujar Luna serius.

"Maaf, dengan berat hati saya sampaikan ini-"

°°°°°

Gantung ya, xixi. No what' lah kali-kali yekan.

Jangan lupa follow instagram @nrhyni.12 @arkanlio11 @axl_grntha @alu_naptr

See you next part!
24-12-21

ALUNA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang