19

706 169 102
                                    

Happy reading

• • •

Kring kring kring

Bel pulang sekolah telah berbunyi menandakan para siswa berlarian ke arah gerbang untuk pulang ke rumah masing-masing.

Luna dan kedua sahabatnya berjalan menuju parkiran.

"Lun kita balik dulu ya, semoga official," ujar Sheila seraya terkekeh.

"Peje peje," sahut Tamara.

Luna menatap kedua sahabatnya jengah. Setelahnya Luna menghampiri Arkan dan betapa terkejutnya ia ketika melihat wajah Arkan penuh lebam.

Tangan gadis itu mulai terangkat untuk menyentuh pelan wajah Arkan. Sang empu hanya meringis pelan.

"Sorry. Lagian kenapa bisa kek gini? Siapa yang ngelakuin huh? Bilang sama gue Ar."

Arkan menggeleng. "Cuma berantem doang. Biasa laki."

"Ck, udah diobatin kan?"

"Udah babe."

"Masih sakit ga?"

"Nggak sayang~"

"Seriously?"

"Iya sayang astaghfirullah." Arkan gemas sendiri dengan gadisnya. Ralat dengan temannya bukan gadisnya.

"Ish, yaudah ayo pulang."

"Silahkan naik tuan putri," ujar Arkan terkekeh. Sedangkan Luna, gadis itu mulai duduk di jok belakang dan memegang ujung kaos Arkan.

Arkan memutar bola matanya malas. Mengapa tidak sekalian memeluk dirinya saja? Pikirnya.

Arkan memilih menjalankan motornya menjauhi pekarangan sekolah.

Sedari tadi kegiatan keduanya tak luput dari pandangan Axel. Lelaki itu mulai mengepalkan tangannya. Nafasnya memburu, sedari tadi lelaki itu menahan gejolak panas dihatinya.

Sebenarnya dirinya juga tidak mengerti dengan hatinya. Ia mencintai Sinta, namun hatinya selalu saja memilih Luna.

Memikirkan itu membuat dirinya pusing. Ada apa dengan dirinya ini.

Di perjalanan pulang, sedari tadi Arkan mendengarkan Luna yang terus saja berceloteh menceritakan tentang kelakuan bodoh teman sekelasnya saat mengerjai guru yang sedikit menyebalkan menurut mereka.

Kini Arkan tengah menatap Luna lewat kaca spionnya. Dilihatnya Luna yang terus saja berceloteh sesekali tertawa kecil dan ia pun ikut tersenyum kecil melihatnya, tentu saja Luna tidak menyadari itu.

"Heh mau kemana? Perasaan ini bukan arah jalan ke rumah gue," ucap Luna bingung.

"Mampir kafe bentar. Gak papa kan?" tanya lelaki itu sedikit menengok ke belakang.

"Ayoo..."

Keduanya pun turun dari motor dan masuk ke dalam kafe tersebut kemudian duduk di ujung kafe dekat jendela kaca.

ALUNA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang