24

732 179 220
                                    

"Berharap pada manusia adalah seni patah hati yang disengaja"

Happy reading

°°°°°

Tak lama Kai kembali bersama Axel. Ya, lelaki itu memaksa ingin bertemu dengan Luna.

"Lo tunggu sini," ujar Kai.

Kai membawa kantung plastik yang berisi pembalut itu ke kamarnya.

"Dek. Ni buruan pake," Lelaki itu menyodorkan plastik tersebut pada Luna.

Luna yang sedari terduduk diatas kasur seraya memainkan ponselnya, secara tiba-tiba berlari menghampiri sang kakak lalu memeluknyasangat erat hingga membuat Kai terkejut dan hampir terhuyung kebelakang jika saja lelaki tak dapat menyeimbanginya.

"Buset dek, untung gak terjungkal."

"Huaa makasih BangKai. Kaulah monyet terbaik aku."

"Damn it! Ganteng gini dibilang monyet."

"Sebenernya itu bukan gue yang beli," jelas Kai.

"Terus?"

"Axel."

"El?"

Kai mengangguk kemudian memberi tahu bahwa Axel menunggunya dibawah.

"Ck, ngapain si lu pake ajak dia kesini segala?" gerutu Luna. Ia sangat muak melihat wajah Axel. Ingin sekali menonjok wajah itu hingga memar dan alhasil tidak tampan lagi nantinya. Namun, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat ingin bertemu dengan lelaki itu, sahabat sekaligus cinta pertamanya.

"Dia maksa gue buat temuin dia sama lo."

"Lu nya ngapa nurut segala. Ish nyebelin ah," kesal Luna.

Luna berlalu pergi dari hadapan Kai seraya mengehentakan kakinya kesal. Gadis itu pergi menuju kamarnya untuk melakukan ritual mandinya.

Kai menggeleng melihat tingkah adiknya itu. Ia hanya ingin masalah adiknya dengan Axel cepat terselesaikan agar Luna tak berlarut-larut dalam kesedihannya. Ia tidak ingin Luna mengharapakan Axel terus menerus. Namun, ia tidak tau dengan cara ini akan berhasil membuat Luna menjauh atau malah membuat Luna berharap kembali pada Axel.

Kini Luna sudah berada di bawah. Dapat dilihat Axel tengah menatapnya teduh.

"Lun-"

"Ngapain lo kesini?" tanya Luna dingin.

"Gue sahabat-"

"Gue tau, tapi gak ada persahabatan antara lawan jenis El."

Axel terdiam mencerna ucapan Luna.

"Lo peka atau pura-pura bego si?" tanya Luna menahan kesal.

"Lo mikir ga si? Setiap ucapan yang keluar dari mulut lo itu omong kosong El, semua janji lo itu bullshit. Dan itu bikin gue berharap lebih El. Lo ngerti ga sii?!"

Di atas sana Kai melihat kejadian tersebut. Ia ikut kesal dengan Axel masih saja tidak tahu letak kesalahannya dimana.

"Gue suka sama lo El, dari dulu gue jauhin semua cowok yang deketin gue, cuma demi lo. Demi cowok brengsek kayak lo." Gadis itu menjuk Axel dengan jari telunjuknya seraya menahan air matanya yang sebentar lagi akan meluruh.

"Dengan mudahnya lo ingkarin janji lo, dan sekarang," jedanya. "Sekarang lo malah pacaran sama Sinta, lo ga ada tuh mikirin perasaan gue kayak gimana. Sakit El sakit." Sudah cukup, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Setetes air bening mulai berjatuhan mengenai wajah mulusnya.

ALUNA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang