05

1K 334 181
                                    

Happy reading

• • •

Di hari minggu ini Axel tengah berada di rumah Luna untuk menemani gadis itu. Dan di sini tepatnya di dapur Luna sedang memasak.

Perihak kedua orang tua Luna memang sering kali pergi ke luar negeri untuk mengurus bisnis di sana, dan Kai, kini lelaki itu tengah bermain ke luar dengan teman lamanya.

Saat Luna tengah memasak, sebuah lengan kekar tiba-tiba saja melingkar diperutnya membuat Luna berhasil dibuat terkejut.

"Sialan lo! Ngagetin aja," gerutu Luna

"Mulutnya, gak boleh ngumpat!" peringat Axel yang masih setia memeluk Luna.

"Ck, lepas dulu El. Susah ini," ujarnya.

Alih-alih melepaskan pelukannya, lelaki itu justru semakin mengeratkan pelukannya. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sangat suka memeluk gadis itu, rasanya sangat nyaman.

"Duduk aja sana, atau nggak bantuin gue potong bawang," ujar gadis itu.

"Sini." Axel mengambil alih pisau dari tangan Luna, kemudian mulai memotong bawang.

Tak lama isakan kecil lolos dari bibir Axel. Hal itu membuat Luna menoleh. Seketika gadis itu mengernyitkan dahinya heran. "Loh, kok malah nangis? Gue ada salah?"


Tak ada jawaban dari lelaki itu. Axel masih saja terisak membuat Luna gelagapan sendiri.

"Heh kok malah mewek."

"Hiks ... mata gue perih gegara motong bawang, Lun," ujar Axel yang masih saja terisak.

Luna menghembuskan nafasnya lega. "Yaelah, udah sana cuci muka, biar gue aja yang motong bawang."

Axel hanya menuruti ucapan Luna dan memilih berjalan menuju wastafel. Setelahnya, ia memilih duduk di bangku.

Setelah selesai bergulat dengan peralatan dapur, akhirnya kini masakannya pun sudah jadi. Gadis itu mulai menaruh makanannya di meja makan. Keduanya mulai menyantap makannya dengan hidmat.


"Sumpah ya, masakan lo udah gak bisa diragukan lagi," kata Axel memuji masakan Luna membuat Luna hanya berdehem menanggapinya.

• • •

Akhir pekan pun telah berkahir, dan kini sudah digantikan kembali oleh hari Senin. Semua siswa berkumpul di lapangan karena akan melaksanakan upacara bendera seperti biasa.

Axel berada di samping Luna untuk berjaga jaga takutnya Luna kenapa-napa.

"Ck, kebiasaan dasinya suka gak dipake," desis Luna membuat Axel menoleh ke arahnya. "Sini gue pakein," lanjutnya kemudian mengambil dasi lelaki itu yang hanya mengalung saja di lehernya.

Axel tersenyum senang melihatnya. Ia memang sengaja menaruh dasinya di leher saja tidak memakainya agar Luna yang memakaikan dasinya.

"Anjir uwu mulu gak tau apa kita-kita pada jomblo," gerutu Sheila.

"Bebeb Shei tenang aja kalo mau uwu sama abang kiw," celetuk Aiden membuat Sheila bergidik ngeri.

ALUNA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang